Harga Bawang Merah Naik Sejak April, Tapi Hal Ini Takkan Berlangsung Lama

Minggu, 12 Juni 2022 | 09:31 WIB
Harga Bawang Merah Naik Sejak April, Tapi Hal Ini Takkan Berlangsung Lama
Ilustrasi bawang merah. (Dok: Kementan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Akibat anomali cuaca yang cukup ekstrem dan kurang bersahabat bagi petani, harga bawang merah merangkak naik sejak Mei 2022. Namun hal ini diperkirakan tidak berlangsung lama.

Tren kenaikan saat ini merupakan imbas dari penurunan luas tanam pada Maret lalu. Pada bulan tersebut, terjadi anomali cuaca yang cukup ekstrem dan kurang bersahabat bagi petani bawang merah.

Berdasarkan Data Statistik Pertanian Hortikultura (SPH), penambahan luas tanam pada April dan Mei di berbagai sentra, baik di Jawa maupun luar Pulau Jawa. Alhasil panen bawang merah dalam beberapa hari ke depan di sentra seperti Bima, Pati, Brebes dan Probolinggo akan semakin marak.

Berdasarkan data Early Warning System (EWS) Direktoral Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, produksi bawang merah nasional April 2022 sebanyak 157.121 ton, sementara pada Mei mencapai 153.513 ton.

Baca Juga: Mentan Pastikan Pasokan Daging dan Hewan Kurban Idul Adha Aman

Meskipun produksi April-Mei 2022 turun 11%, namun secara neraca kumulatif dari produksi bulan sebelumnya masih mampu memenuhi kebutuhan nasional. Produksi nasional bawang merah tahun lalu bahkan mencapai 2 juta ton, dan tahun ini diperkirakan tidak akan terpaut jauh.

Sejak 2017 hingga saat ini, Indonesia tercatat sudah tidak mengimpor bawang merah segar/konsumsi.

Peningkatan luas tanam di April-Mei 2022 mengindikasikan bahwa produksi pada Juni-Juli 2022 akan berangsur normal kembali. Menurut Sekjen ABMI, M Ikhwan Arif, adanya penurunan produksi di April-Mei tidak terlalu mengkhawatirkan.

"Luas tanam bulan April di Brebes saja lebih dari 3.300 hektar. Belum lagi di daerah lain seperti Bima, Probolinggo dan Solok. Pasokan untuk bulan Juni-Juli ini dipastikan akan berangsur normal kembali," katanya.

Pihaknya menyebut bahwa secara nasional, penurunan produksi bawang merah masih dalam kondisi terkendali.

Baca Juga: 10 Unit Kerja di Kementan Raih Predikat Kepatuhan Tinggi dari Ombudsman RI

Terkait pemberitaan yang menyebut 80% bawang merah gagal panen, Ikhwan meluruskan hal tersebut.

"Bahwa ada serangan OPT itu benar karena kondisi cuaca ekstrem. Bulan Juni ini, kita biasa dengan kondisi kering, namun saat ini, dimana-mana curah hujan masih cukup tinggi. Tentu ini mendorong tumbuhnya hama penyakit tanaman. Soal persentasenya tentu pemerintah lebih lengkap datanya," terang Ikhwan.

"Sekaligus saya klarifikasi dan mohon maaf, sekiranya ada persepsi yang salah dari pernyataan saya sebelumnya terkait penurunan produksi bawang merah," tambahnya.

Dikonfirmasi terpisah, Juwari, membenarkan bahwa bulan Juni ini pasokan bawang merah akan berangsur normal kembali.

"Pertengahan sampai dengan akhir Juni diharapkan pasokan sudah mulai normal. Kenapa pasokan Mei sampai hari ini berkurang, karena memang penanaman di Maret lalu kurang berhasil akibat cuaca yang tidak menentu. Kalaupun ada penurunan tidak separah tahun 2020 lalu, tahun ini masih lebih baik dan terkendali." ujar Juwari.

Ahmad Sholeh, petani bawang merah Kendal mengaku, menyebut kenaikan harga bawang merah saat ini akibat dari banyaknya petani, terutama petani pemula yang enggan menanam lagi sebagai ekses dari jatuhnya harga akhir tahun lalu.

"Banyak petani yang mengeluh rugi, karena akhir tahun lalu jatuh harganya. Gak kuat lagi modalnya. Tapi kalau untuk petani yang sudah biasa, tetap menanam," kata Sholeh.

Harga pupuk dan obat-obatan yang tinggi saat ini diakuinya sangat mempengaruhi biaya produksi. Sholeh memprediksi, minggu depan pasokan mulai banyak, karena di Pati dan Bima mulai panen.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Tommy Nugraha saat dikonfirmasi mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengamankan produksi bawang merah. Menurut Tommy, setiap bulan pihaknya selalu memantau dan memperbaharui data perkiraan produksi untuk 1-2 bulan mendatang berdasarkan data terkini yang dihimpun dari berbagai sentra.

Dalam berbagai kesempatan, Ditjen Horti disebutnya selalu menyampaikan perlunya kewaspadaan semua pihak terhadap upaya stabilisasi pasokan dan harga bawang merah ini.

"Semua dalam pantauan dan terkendali termasuk permasalahan OPT dan dampak iklim. Percepatan tanam telah kami maksimalkan di lapangan. Kami optimis pasokan dan harga bawang merah Juni Juli ini akan kembali normal, sudah banyak panen di berbagai sentra yang siap dipasok ke pasar-pasar seluruh Indonesia" tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI