Suara.com - Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum secara terus menerus dalam waktu tertentu. Di Indonesia, perhitungan inflasi dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS). Apa pengertian inflasi dalam kehidupan sehari-hari?
Inflasi dapat dengan mudah dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh saja, anak Sekolah Dasar (SD) 90-an di Kota Solo tak masalah ketika diberi uang jajan Rp1000. Dengan uang itu, mereka bisa dapat beberapa makanan ringan dan minuman.
Nilai yang sama jelas sulit diberikan pada anak SD di Kota Solo masa sekarang. Pasalnya, dengan nominal yang sama, anak tersebut hanya akan mendapatkan satu makanan atau satu minuman saja, karena harganya sudah naik.
Peristiwa itu merupakan gambaran mudah dari sebuah inflasi. Nilai uang akan menyusut karena harga barang, dalam hal ini makanan, mengalami peningkatan.
Baca Juga: Dianggap Ancaman Menakutkan, Inflasi Jadi Isu yang Bakal Dibahas Dalam Forum G20
Jadi bila diartikan, mengutip laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi jika tidak memengaruhi yang lain
Dari laman resmi Bank Indonesia (BI) , perhitungan inflasi dilakukan BPS, dengan menghubungkan ke Metadata Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI)-Indeks Harga Konsumen (IHK).
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lain. Misal saja baru-baru ini ada kenaikan minyak goreng, yang membuat harga makanan, seperti gorengan, jadi naik.
Inflasi timbul karena adanya kenaikan biaya produksi. Biaya itu bisa disebabkan karena adanya peningkatan harga bahan baku dan upah pekerja.
Kenaikan juga bisa terjadi ketika ada peningkatan jumlah permintaan suatu barang sementara stoknya terbatas. Di Indonesia, kenaikan bisa terjadi dalam waktu tertentu. Seperti harga kebutuhan pokok yang naik saat Idul Fitri serta pergantian tahun.
Inflasi juga bisa disebabkan karena jumlah uang yang beredar cukup tinggi. Ketika jumlah uang yang beredar mengalami peningkatan, daya beli masyarkat ikut meningkat, namun suplainya statis, maka harga barang mengalami peningkatan.
Pengendalian Inflasi
Inflasi terjadi dari waktu ke waktu dan tak dapat dihilangkan secara tuntas. Pencegahan inflasi biasanya hanya berbuah pengurangan dan pengendalian. Jadi, inflasi terjadi namun persentasenya sangat kecil.
Pemerintah bersama bank sentral biasanya melakukan pengendalian inflasi dengan kebijakan moneter, fiskal dan non moneter. Kebijakan moneter paling terasa di pasaran, seperti mengurangi uang yang beredar, menaikkan suku bunga dan operasi pasar.
Kebijakan fiskal juga kerap kali diambil pemerintah. Kebijakan fiskal dilakuukan dengan menghemat pengeluaran pemerintah sehingga permintaan akan barang dan jasa akan berkurang. Dampaknya, harga barang atau jasa mengalami penurunan.
Kebijakan fiskal juga bisa berupa meniakkan pajak. Dengan menaikkan tarif pajak, maka sebuah rumah tangga maupun usaha akan mengurangi konsumsi serta permintaan babrang dan jasa.
Kebijakan Moneter turut berlaku dalam pengendalian inflasi. Kebijakan moneter biasa dilakukan dengan peningkatan produksi atau penambahan jumlah barang dengan cara mempermudah aturan impor barang.
Pemerintah juga bisa menetapkan harga maksimum untuk beberapa jenis barang atau jasa. Seperti harga minyak goreng curah dipatok dengan HET Rp14.000, hingga sempat terjadi penutupan ekspor.
Solusi Penurunan Nilai Uang
Inflasi adalah sebuah masalah. Makanya, deposito bisa menjadi solusi untuk mengatasi inflasi dalam bentuk penurunan nilai uang. Dengan memilih deposito yang tepat, maka masyarakat bisa mengatasi penurunan nilai uang.
Di Indonesia, dalam lima tahun terakhir tingkat inflasi mencapai 4,2 persen. Maka, deposito dengan pengembalian 5-7 persen per tahun bisa menjadi pilihan tepat.
Emas juga bisa menjadi solusi. Pada Januari 2017, harga jual emas Antam berkisar Rp547.000 hingga 587.000, dengan harga buyback sekitar Rp514.000.
Sementara pada 30 Mei 2022, harga jual emas Antam Rp985.000. Harga buyback emas antam mencapai Rp868.000. Kenaikan harga emas ini terbilang stabil dari waktu ke waktu.
Itulah pengertan inflasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kontributor : Lukman Hakim