Suara.com - Sekretaris Jenderal Kementan, Kasdi Subagyono, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementan, yang merupakan Focal Point Kerja Sama Agriculture and Food Security Information System (AFSIS) menjadi tuan rumah pertemuan Focal Point ke-20. Dalam sidang kali ini, Kementan mengusung digitalitasi sektor pertanian sebagai solusi penguatan ketahanan pangan.
“Kami memberikan perhatian yang lebih terkait isu perubahan iklim, pengaruhnya terhadap pertanian dan ketahanan pangan, serta ketegangan politik di wilayah Laut Hitam yang sedikit banyak berdampak pada sektor pertanian secara keseluruhan. Dalam situasi seperti itu, AFSIS dapat berperan penting dalam menyediakan data dan informasi untuk membantu pembuat kebijakan guna membuat keputusan sebaik mungkin,” katanya, saat membuka pertemuan AFSIS ke-20 di Jakarta, Rabu (8/6/2022).
Kasdi mengatakan, para pemimpin negara ASEAN sepakat untuk berkomitmen bersama dalam mengatasi dampak pandemi Covid-19 melalui penguatan ketahanan pangan dan gizi di wilayahnya. Menurutnya sangat penting untuk mempromosikan tindakan kolaboratif, khususnya dalam menyediakan data dan informasi dengan mitra dialog, seperti ASEAN +3 dan organisasi internasional untuk mendukung pemenuhan komitmen tersebut.
AFSIS merupakan kerja sama regional 10 negara di ASEAN +3 (Republik China, Jepang dan Republik Korea), yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan di wilayah ASEAN melalui pengumpulan, analisis serta penyajian data dan informasi ketahanan pangan. Focal Point AFSIS ke-20 ini dilaksanakan secara hybrid selama 2 hari, yaitu 8 hingga 9 Juni 2022.
Baca Juga: 3 Tahun Tak Impor Beras, Pemerhati Pangan: Bukti Mentan SYL Jalankan Perintah Presiden
Ketua Delegasi Indonesia, Anna Astrid, yang merupakan tuan rumah memaparkan Digitalisasi Pertanian Guna Mendukung Pencapaian Ketahanan Pangan di Indonesia. Ia menjelaskan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi diadopsi pada pembangunan pertanian di Indonesia baik pada kegiatan on-farm maupun off-farm, peningkatan kapabilitas penyuluh dan petani, sebagai sarana dalam melakukan koordinasi dan komunikasi antar stake-holder, dalam monitoring ketersediaan dan distribusi produksi pertanian, serta dalam kegiatan pendataan pertanian.
Untuk menopang pilar ketersediaan pangan, Indonesia menyusun Program Food Estate yang fokus pada pengembangan smart farming. Saat ini, Indonesia telah mengembangkan penggunaan Internet of Thing (IoT) pada kegiatan on-farm.
"Dalam monitoring kondisi pertanaman, Kementan mengembangkan sistem aplikasi menggunakan teknologi remote sensing. Untuk menyokong pilar aksesibilitas pangan, Kementan bekerja sama dengan e-commerce dan transportasi online dalam memperlancar pemasaran dan distribusi komoditas pertanian, sekaligus mengatasi permasalahan yang mencuat sejak adanya Pandemi Covid-19 tahun 2020," kata Ana.
“Digitalisasi pertanian juga dilaksanakan untuk memperkuat peran penyuluh dalam melakukan pembinaan kepada petani, sekaligus mengenalkan teknologi TIK pada kegiatan budidaya dan pemasaran hasil kepada petani. Kementan membangun aplikasi yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas produk pangan demi mendukung pilar utilisasi pada program ketahanan pangan,” terangnya.
“Terakhir, untuk mendukung pilar stabilisasi, Kementan membangun sistem monitoring stok pangan, dimana input dan pelaporan data dilakukan secara online. Semua program tersebut selaras dengan slogan Kementan saat ini yakni menuju pertanian yang maju, mandiri dan modern,” imbuh Anna.
Baca Juga: Mentan: Wabah PMK Bisa Dikendalikan dengan Kolaborasi Semua Pihak
Sebagai informasi, rapat Focal Point AFSIS ke-20 dipimpin langsung oleh Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Roby Darmawan, selaku Focal Point Indonesia.
Rapat membahas hasil implementasi kegiatan AFSIS Tahun 2021 dan Rencana Kerja Tahun 2022, serta mekanisme keberlanjutan kegiatan AFSIS Tahun 2022-2025. Beberapa organisasi yang selama ini mendukung kegiatan AFSIS berpartisipasi dalam rapat dengan menyajikan laporan kemajuan kegiatan kolaborasi yang dilakukan dengan AFSIS tahun 2021.
Adapun delegasi yang hadir fisik pada pertemuan ini meliputi tim Sekretariat AFSIS, Delegasi dari Kamboja, Jepang dan Indonesia. Sementara, delegasi yang hadir secara online melalui platform zoom meliputi delegasi dari Brunei Darussalam, Lao PDR, Malaysia, Philippina, Singapura, Thailand, Vietnam, China, Jepang dan Republik Korea, serta perwakilan dari Asean Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR), Perwakilan dari Remote Sensing Technology Center of Japan (RESTEC), Perwakilan dari The Korea Agency of Education, Promotion and Information Service in Food, Agriculture, Forestry and Fisheries (EPIS), serta Perwakilan dari SEAA Research LLC.