Sri Mulyani Sebut Potensi Krisis Saat Ini Incar Korporasi dan Lembaga Keuangan

Selasa, 07 Juni 2022 | 17:28 WIB
Sri Mulyani Sebut Potensi Krisis Saat Ini Incar Korporasi dan Lembaga Keuangan
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan laporannya saat Rapat Paripurna ke-22 DPR masa persidangan V tahun sidang 2021-2022 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (20/5/2022). Rapat paripurna tersebut berisi agenda tunggal yaitu mendengarkan penyampaian pemerintah tentang Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM dan PPKF) RAPBN Tahun Anggaran 2023. ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ketar-ketir dengan ancaman krisis keuangan dunia yang saat ini sedang terjadi. Dia mengatakan seiring dengan tren kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, berpotensi menimbulkan krisis baru.

Saat ini, sejumlah negara maju sedang mengalami kenaikan inflasi yang cukup tinggi. Untuk meredam, negara-negara tersebut menaikan suku bunga bank sentral.

"Risikonya berbeda dari pandemi. Saat pandemi itu terkena rakyat bawah dan UMKM, kalau yang ini sekarang suku bunga naik yang kena adalah korporasi dan lembaga keuangan. Ini adalah tipikal potensi financial crisis," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan anggota DPD, Selasa (7/6/2022).

Sri Mulyani mengatakan dalam 40 tahun terakhir ada beberapa krisis keuangan yang ditimbulkan karena kenaikan suku bunga AS.

Baca Juga: Sri Mulyani: Awal Pandemi Kesejahteraan Rakyat Sakit-sakitan, Tapi Sekarang Sudah Mulai Sehat

Itu sebabnya, ia meminta semua pihak berhati-hati dalam melihat potensi terjadinya krisis yang sama dalam waktu dekat.

“Jadi sekarang ini kita harus sangat hati-hati," katanya.

Dengan naiknya suku bunga AS bakal berimbas pada menguatnya posisi mata uang dolar, yang selama ini banyak digunakan di seluruh dunia.

Di sisi lain imbal hasil obligasi US Treasury pun akan naik. Nah, dampaknya ke Indonesia akan ada arus modal asing ke luar negeri. Hal itu bisa menaikkan biaya untuk surat utang yang diterbitkan pemerintah. Alhasil bila pemerintah ingin mencari dana ke luar negeri biayanya akan makin mahal.

"Kalau dolar dan US Treasury naik akan ada capital outflow, modal asing mereka keluar dari Indonesia. Hal ini juga akan menekan harnga surat berharga negara dan yield-nya otomatis akan naik," kata dia.

Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Didemo Karena Pecat Pegawai Disabilitas Saat Sakit

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI