Suara.com - Harga emas naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Kamis, karena pelemahan dolar dan data yang menunjukkan penggajian swasta Amerika meningkat di bawah ekspektasi sepanjang Mei.
Mengutip CNBC, Jumat (3/6/2022) harga emas di pasar spot melonjak 1,2 persen menjadi USD1.868,41 per ounce, setelah sebelumnya melejit ke level tertinggi satu minggu.
Sementara, emas berjangka Amerika Serikat juga ditutup melambung 1,2 persen menjadi USD1.871,4 per ounce.
Indeks Dolar (Indeks DXY) turun 0,7 persen merosot dari posisi tertinggi satu pekan yang disentuh pada sesi Rabu.
Baca Juga: Emiten Tambang Emas Archi Indonesia Raup Pendapat Rp1,16 Trilun di Kuartal I 2022
"(Data pekerjaan) itu benar-benar meningkatkan kekhawatiran resesi yang muncul di pasar dan mendukung emas," kata Ryan McKay, analis TD Securities.
Data Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan penggajian swasta naik 128.000 pekerjaan bulan lalu, dibandingkan perkiraan untuk peningkatan 300.000 pekerjaan.
Kendati Federal Reserve berupaya untuk meredam permintaan tenaga kerja karena mencoba untuk menjinakkan lonjakan inflasi, bank sentral harus melakukannya tanpa mendorong tingkat pengangguran terlalu tinggi.
Selanjutnya, investor akan mencermati data penggajian non-pertanian Amerika yang dirilis Jumat waktu setempat.
"Semua bagian pagi ini (Kamis) menunjuk ke arah inflasi yang berkelanjutan dan mungkin The Fed tidak dapat mengatasinya secara agresif seperti yang mereka harapkan karena melemahnya angka tenaga kerja," kata analis RJO Futures, Bob Haberkorn.
Baca Juga: Ketum Bhayangkari Bagikan Bansos ke Warga Terdampak Rob di Sekitar Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
Sementara itu, harga perak di pasar spot melejit 2,1 persen menjadi USD22,26 per ounce. Platinum meroket 2,7 persen menjadi USD1.023,69, meningkat ke posisi USD1.030,9 di awal sesi, level tertinggi sejak Maret lalu.
Sementara, paladium meningkat 2,5 persen menjadi USD2.047,73, naik sejauhnya 5,5 persen menjadi USD2.107,15, tingkat tertinggi dalam dua minggu.