Suara.com - Krisis energi yang terjadi di India membuat negara itu harus memasok batu bara lebih besar demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Hal ini tidak lepas dari laporan perusahaan tambang batu bara terbesar di dunia milik pemerintah India, Coal India Ltd yang menyebut kemungkinan krisis energi pertama India dalam 6 tahun.
Coal India Ltd berencana melakukan impor batu bara pertama mereka setelah produksi sendiri sejak 2016 silam demi mengatasi krisis energi yang tengah melanda.
Penyebab krisis eneri India salah satunya disebabkan kurangnya persediaan batu bara akibat badai monsun yang menyebabkan bencana banjir di daerah pertambangan.
Baca Juga: Perkuat Transisi Energi, Pertamina Renewable Diesel Hadir untuk EV Jakarta E-Prix 2022
Dampaknya, produksi batu bara negara itu turun drastis dan distribusi sumber energi dari daerah penghasil ke pembangkit listrik jadi terhambat.
Sejumlah negara diklaim akan menjadi pilihan India sebagai sasaran pembelian mereka tahun ini, salah satunya Indonesia.
India diperkirakan akan memilih untuk ekspor batu bara dari Indonesia sebesar 11,06 juta ton, naik dibandingkan April yang mencapai 8,13 juta ton dan negara lain, salah satunya Australia.
Sejumlah emiten batu bara dalam negeri kemungkinan akan 'kecipratan' pemasukan lebih lantaran memenuhi kebutuhan batu bara India, diantaranya Indo Tambangraya Megah (ITMG), PT Bukit Asam (PTBA), Bayan Resources (BYAN), Indika Energy (INDY), Adaro (ADRO) dan Bumi Resources (BUMI).
Pasalnya, tahun lalu, Coal India Limited memproduksi 596,2 juta ton batu bara atau setara dengan 83% produksi domestik.
Badan riset independen Centre of Research on Energy and Clean Air dalam keterangan resminya memperkirakan, India hanya mampu memasok 154,7 juta ton batu bara pada 3Q22, lebih rendah dari kebutuhan nasional yang mencapai 197,3 juta ton pada periode yang sama.
Salah satu pilihan yang tersedia yakni, India harus mengimpor 42,5 juta ton batu bara pada 3Q22. Meski pilihan itu belakangan jadi opsi satu-satunya.