Suara.com - Belum lama hancurnya nilai Tessa USD (UST) yang membuat pasar kripto anjlok beberapa saat lalu, kini ekosistem Terra kembali menelan pil pahit usai mengalami kerugian besar dengan peristiwa depeg atau kegagalan pasak nilai UST yang disusul dengan ambruknya nilai Terra (LUNA).
Melansir Blockchain Media, bug yang terjadi usai update Terra 2.0 tersebut dimanfaatkan hacker untuk mencuri kripto Terra USD (UST) senilai US$800 ribu setara Rp11,6 milyar.
Saat ini, Tim Terraform Labs dikabarkan tengah berusaha memulihkan kondisi terkait melalui fork dan meluncurkan Terra versi 2.0, yang diaktifkan pada Jum’at (27/05/2022) lalu.
Namun demikian, belakangan Terra 2.0 mendapatka sentimen negatif dari investor yang terlanjur kecewa dengan proyek Terra LUNA.
Baca Juga: Zoom Dimanfaatkan Hacker Sebar Malware, Bahaya
Bahkan, saat Terraform Labs meluncur Terra 2.0 yang digadang-gadang lebih baik dari pendahulunya bahkan bernasib tragis di tangan hacker.
Melansir Watcher, bug fatal itu sempat ditemukan oleh pengguna-pengguna lain yang turut berusaha menuai untung. Tetapi tim Anchor Protocol berhasil mengidentifikasi celah tersebut dan menutupnya. Pengguna yang berusaha melakukan eksploitasi hanya mendapatkan pemberitahuan error.
Namun demikian, Tim Anchor memilih bungkam saat seorang pengguna Twitter bernama Vae Victis memberikan detil lengkap soal aktivitas peretas berdasarkan data pelacak transaksi Terra Finder.