Suara.com - Pameran terbesar industri kaca dunia Glasstec akan kembali digelar setelah vakum selama 4 tahun akibat pandemi Covid-19. Pameran diselenggarakan di Düsseldorf, Jerman dari tanggal 20 hingga 23 September 2022.
Glasstec menghadirkan rangkaian pameran dengan berbagai topik yang berkaitan dengan produksi kaca/teknologi manufaktur, pemrosesan kaca dan finishingnya untuk berbagai produk kaca serta aplikasi.
Messe Düsseldorf Jerman selaku penyelenggara pameran mengajak para pelaku industri kaca Indonesia, memanfaatkan momentum glasstec untuk menguasai teknologi terkini di bidang kaca.
Selama vakum, Messe Düsseldorf menggali berbagai topik penting bagi pengembangan industri kaca di masa depan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan.
Riset yang melibatkan para ahli industri kaca dari seluruh tataran rantai nilai telah mengidentifikasi lima tren global yakni:
- Iklim (pengurangan emisi dan energi terbarukan)
- Urbanisasi (arsitektur yang tahan dengan kondisi masa depan yang didominasi kaca)
- Nilai (rantai nilai berkelanjutan)
- Sumberdaya (penggunaan sumberdaya yang efisien dan berkelanjutan)
- Kesejahteraan (meningkatnya kualitas hidup dengan penggunaan kaca).
“Kelima megatrend itu akan menjadi fokus pameran Glasstec. Artinya kita akan memberikan industri kaca spektrum solusi dan informasi masa depan yang inovatif dan unik serta peluang untuk memperluas jaringan mereka di dunia global kaca,” ungkap Birgit Horn, Project Director dari glasstec, Messe Düsseldorf dalam keterangannya ditulis Rabu (1/6/2022).
Pandemi tidak menurunkan antusiasme industri dunia untuk mengikuti pameran ini terlihat dari banyaknya perusahaan dan pelaku industri yang telah mendaftar sebegai peserta pameran.
“Ini merupakan sinyal positif yang ditunjukkan oleh industri kaca, mengingat acara terakhir merupakan acara paling berhasil yang kami selenggarakan di Düsseldorf,” tambah Birgit Horn.
Dengan semboyan ‘Let’s Go Live’, glasstec akan menunjukkan inovasi bagaimana arah penggunaan kaca di masa depan secara live. Glasstec berupaya mempertemukan teori dan praktik dalam berbagai konferensi yang menghadirkan pakar-pakar dunia dengan tema-tema menarik.
Baca Juga: Startup Energi Terbarukan Siap Unjuk Gigi di [RE]Spark Renewable Energy Festival 2022
Salah satu tema yang menarik adalah teknologi power-to-x (P2X), teknologi produksi bahan bakar sintetik dan produk kimia komoditas dengan memanfaatkan energi terbarukan. Teknologi ramah lingkungan ini membawa manfaat energi terbarukan lebih jauh, tak hanya sebagai sumber listrik, tapi juga ke dalam proses industri bahan bakar dan kimia.
“Di Indonesia pengembangan energi terbarukan masih berfokus pada dekarbonisasi industri kelistrikan. Padahal, melalui teknologi P2X, energi terbarukan dapat dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan sektor industri bahan bakar dan produk kimia, salah satu penyumbang emisi karbon terbesar. Kami harap Indonesia dapat memanfaatkan dengan baik pameran glasstec ini,” ujar Birgit Horn.
P2X adalah teknologi produksi bahan bakar sintetik dan produk kimia komoditas dengan memanfaatkan energi terbarukan. Komponen utama dari P2X adalah proses elektrolisis: proses konversi suatu bahan baku menjadi produk hijau menggunakan listrik dari energi terbarukan.
Produksi hidrogen melalui elektrolisis air merupakan salah satu proses inti dalam teknologi P2X. Sebab, hidrogen dapat dimanfaatkan untuk beragam kebutuhan. Melalui P2X, ‘hidrogen hijau’ juga menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan hidrogen yang sebagian besarnya (sekitar 96%) bersumber dari bahan bakar fosil. Dampaknya, P2X dapat meredam emisi dari produksi ‘hidrogen hitam’ sebesar 830 juta ton karbon dioksida per tahun.
Banyak negara terutama negara maju telah bergerak untuk menjadikan P2X tidak lagi teori tapi tahap produksi untuk diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Hal ini tentunya menimbulkan tantangan praktis yang baru yang akan dijawab dalam pameran glasstec.
“Indonesia dapat belajar dari penggunaan teknologi P2X untuk menghasilkan hidrogen hijau yang telah diterapkan di Jerman dan Jepang,” tutup Birgit Horn.