Akumulasi Kerugian GOTO Makin Bengkak Jadi Rp 85 Triliun, Berikut Datanya

Selasa, 31 Mei 2022 | 09:37 WIB
Akumulasi Kerugian GOTO Makin Bengkak Jadi Rp 85 Triliun, Berikut Datanya
Logo GoTo
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kinerja keuangan PT Goto Gojek Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) hingga Maret 2022 boleh dibilang tak begitu menggembirakan, usai mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 April 2022 emiten teknologi belum juga keluar dari arus kas negatif.

Mengutip laporan keuangan yang dipublikasi dari laman keterbukaan informasi BEI, Selasa (31/5/2022) tercatat aset GOTO turun 2,5 persen menjadi Rp151,13 triliun karena akumulasi rugi mencapai Rp85,599 triliun pada akhir Maret 2022.

Kerugian ini naik 7,5 persen dibandingkan akhir Desember 2021, yang tercatat senilai Rp79,129 triliun.

Sedangkan dalam tiga bulan pertama 2022, GOTO mencatatkan rugi bersih yang membengkak 257,4 persen dibanding periode tahun 2021, yang tercatat senilai Rp1,811 triliun.

Baca Juga: Meski Catatkan Kerugian, Pendapatan GOTO Naik 53 Persen di Kuartal I 2022

Secara detail perseroan membukukan kenaikan imbalan jasa sebesar 137,72 persen menjadi Rp3,908 triliun. Lalu, imbalan iklan 4.084 persen menjad Rp544,44 miliar. Demikian juga dengan jasa pengiriman tumbuh 37,53 persen menjadi Rp458,72 miliar.

Berikutnya, imbalan transaksi dan pembayaran naik 99,02 persen menjadi Rp205,83 miliar.

Sehingga pendapatan kotor naik 142,06 persen menjadi Rp5,231 triliun.

Sayangnya, promosi yang diberikan kepada pelanggan membengkak 197,2 persen menjadi Rp3,734 triliun. Hasilnya, pendapatan bersih naik 65,59 persen menjadi Rp1,497 triliun.

Namun, beban pokok pendapatan naik 75,32 persen menjadi Rp1,215 triliun.

Baca Juga: Kuartal I 2022 GOTO Masih Catatkan Kerugian Rp6,47 Triliun

Senasib, beban penjualan dan pemasaran melonjak 666,1 persen menjadi Rp3,302 triliun.

Demikian juga dengan beban umum dan administrasi membesar 270,15 persen menjadi Rp2,58 triliun.

Lalu, beban pengembangan produk naik 85,63 persen menjadi Rp995,94 miliar.

Berikutnya, beban penyusutan dan amortisasi membumbung 128,5 persen menjadi Rp761,46 miliar.

Walau perseroan mencatatkan penyesuaian nilai wajar instrumen keuangan senilai Rp1,056 triliun, berbanding terbalik dengan kuartal I 2021 yang mencatatkan beban Rp145 miliar.

Tapi, perseroan harus mencatatkan rugi sebelum pajak penghasilan senilai Rp6,6 triliun.

Patut dicermati, kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi mencapai Rp3,34 triliun, atau naik 173,7 persen dibanding kuartal I 2021, karena pembayaran kepada pelanggan melonjak 301 persen menjadi Rp5,571 triliun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI