Suara.com - Harga minyak dunia melesat ke level USD121 per barel, pada perdagangan Senin, dengan menuju level tertinggi dua bulan karena China melonggarkan pembatasan Covid-19 dan trader memperkirakan Uni Eropa akan mencapai kesepakatan untuk melarang impor minyak Rusia.
Mengutip CNBC, Selasa (31/5/2022) minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Juli, yang akan berakhir pada Selasa, ditutup melonjak USD2,24, atau 1,9 persen menjadi USD121,67 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melesat USD2,10, atau 1,83 persen menjadi USD117,17 per barel, memperpanjang kenaikan solid yang dibuat minggu lalu.
"Salah satu alasan yang dikutip untuk lonjakan ini adalah pencabutan pembatasan virus corona di Shanghai, yang memicu harapan bahwa permintaan minyak akan meningkat lagi di China," kata analis Commerzbank.
Shanghai mengumumkan berakhirnya penguncian Covid-19 selama dua bulan, dan akan memungkinkan sebagian besar warga di kota terbesar China itu untuk meninggalkan rumah mereka dan mengendarai mobil mereka mulai Rabu.
Sementara itu, UE bertemu pada Senin dan Selasa untuk membahas paket sanksi keenam terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus."
"Eropa terus bernegosiasi tentang hal ini selama lebih dari sebulan, tetapi semakin pasar memperhitungkan (sanksi tambahan), itu sebagai risiko," kata Daniel Ghali, analis TD Securities di Toronto.
Negara-negara UE gagal menyepakati larangan impor minyak Rusia meski ada tawar-menawar di menit-menit terakhir sebelum KTT berlangsung di Brussels.
Tetapi para pemimpin dari 27 negara Uni Eropa itu pada prinsipnya akan menyetujui embargo minyak, menurut rancangan kesimpulan KTT mereka.
Baca Juga: Harga Minyak Naik ke Posisi 119 Dolar AS/Barel
Larangan lebih lanjut pada minyak Rusia akan memperketat pasar minyak mentah di tengah meningkatnya permintaan bensin, solar dan bahan bakar jet menjelang puncak driving season musim panas di Amerika Serikat dan Eropa.
Menggarisbawahi ketatnya pasar, Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang disebut OPEC Plus, akan menolak desakan Barat untuk mempercepat peningkatan produksi ketika mereka bertemu pada Kamis.
"Mereka akan tetap pada rencana yang ada untuk menaikkan target produksi Juli sebesar 432.000 barel per hari," tutur narasumber OPEC Plus.