Suara.com - Startup di Indonesia ramai-ramai melakukan PHK dalam beberapa bulan terakhir. Lalu, apakah PHK massal startup merembet ke berbagai industri?
Seperti diketahui, banyak perusahaan rintisan memutus hubungan kerja dengan ratusan karyawan akibat pengubahan skema kerja, sekaligus dampak ekonomi dari Covid-19.
Beberapa startup yang tercatat melakukan PHK adalah edu-tech Zenius, platform pertanian Tani Hub, dan aplikasi pembayaran LinkAja.
Namun, badai PHK sebenarnya tak sampai di situ. Banyak sektor industri lain melakukan kebijakan serupa selama pandemi Covid-19.
Baca Juga: Telkom Akan Perbesar Potensi Sinergi dengan LinkAja dan GoTo
Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 menyebutkan bahwa selama pandemi Covid-19 sektor industri pakaian menjadi industri yang paling banyak melakukan PHK terhadap buruh. Sedikitnya 351.000 karyawan dari sektor ini kehilangan pekerjaan.
PHK massal selanjutnya juga terjadi di sektor industri kulit, barang yang berasal dari kulit, dan alas kaki dengan jumlah tenaga kerja terdampak menyentuh 212.000. Selanjutnya di urutan ketiga, PHK terbanyak ada di industri barang galian bukan logam dengan 203.000 orang.
Pada urutan keempat industri tekstil di Indonesia mencatat 212.000 PHK. Sementera itu, 110.000 pekerja terdampak PHK lainnya berasal dari sektor industi kayu dan gabus. Data ini menunjukkan bahwa PHK mengancam semua sektor industri, startup hanya salah satunya.
PHK besar-besaran pada startup ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Laman Business Insider menulis startup di India, yang tumbuh sangat besar dibanding negara-negara lain, telah memberhentikan 6.000 karyawan dalam lima bulan terakhir. Ekosistem bisnis dan keuangan yang kacau sayangnya membutuhkan waktu sedikitnya enam bulan untuk bisa kembali lagi.
Business Insider menyebutkan karyawan edu-tech bisa menjadi korban PHK terbesar karena siswa akan kembali ke sekolah. Pembelajaran secara langsung lebih menarik antusiasme mereka.
Baca Juga: Telkom Akan Tetap Berinvestasi di Startup, Meski Banyak yang Tumbang
Sejauh ini perusahaan edukasi digital seperti Ola, Unacademy, Vedantu telah memberhentikan lebih dari 3.600 karyawan tahun ini, menurut laporan media serta pengumuman perusahaan.
Direktur Pelaksana dan salah satu pendiri di penyedia perekrut teknologi global iXceed Solutions, Yogita Tulsiani, mencatat bahwa startup yang didanai rendah dan didanai tinggi akan terpengaruh oleh kondisi ekonomi dan Covid-19.
Setiap perusahaan memiliki rencana jangka panjang dan skenario yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini membawa pengaruh pada perekrutan dan jumlah tim yang akan dipekerjakan.
Rencana jangka panjang juga akan mempengaruhi konsolidasi departemen internal, perampingan operasional, dan tentu saja jumlah karyawan.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni