Dibanding dengan produk fesyen konvensional, produk fesyen yang lebih ramah lingkungan lebih mahal.
Kepada DW Indonesia, Marina Chahboune, pakar bidang CSR dan tekstil berkelanjutan dari Closed Loop Fashion, menyebut industri tekstil harus mampu memahami bahwa murahnya produk yang mereka hasilkan selama ini tidak memperhatikan biaya lainnya, yakni kerusakan lingkungan.
"Harga yang ada pada produk fesyen konvensional bukanlah harga yang seharusnya, karena itu tidak mempertimbangkan harga dari lingkungan dan sosial. Jadi harga yang selama ini kita bayar bukanlah harga produk yang semestinya, itu adalah harga kompensasi rendahnya upah buruh hingga kerusakan lingkungan,” ujar Marina Chahboune.
Potensi dan komitmen Indonesia pada fesyen berkelanjutan Industri tekstil menjadi salah satu dari lima industri prioritas yang ditetapkan pemerintah Indonesia dalam proyek Industri 4.0. Proyek ini bertujuan untuk memperkuat industri manufaktur Indonesia di Asia Tenggara.
Namun, upaya untuk menguasai manufaktur akan terkendala oleh isu lingkungan. Bernard Wern dari Institut für Zukunftsenergie Systeme di Jerman, memaparkan bahwa saat ini banyak bisnis ritel yang menerapkan kebijakan ramah lingkungan. "Merek besar saat ini menerapkan produksi yang tidak lagi menggunakan energi batu bara.
Dan jika industri tekstil di Indonesia tidak berubah, maka ini akan menjadi masalah besar. Karena tidak ada lagi toko ritel yang berminat dengan produk dari Indonesia,” papar Bernard Wern kepada DW Indonesia.
Di sisi lain, Indonesia memiliki banyak potensi di bidang energi terbarukan yang mendukung iklim industri fesyen berkelanjutan. "Generasi selanjutnya harus memulai penggunaan energi terbarukan. Karena Indonesia memiliki potensi itu,” ungkap Bernard Wern.
Kementerian Perindustrian terus memetakan potensi Indonesia untuk mengambil peran dalam industri fesyen yang lebih ramah lingkungan. Saat ini Indonesia memiliki potensi besar pada industri tekstil berkelanjutan dari bahan sitetis.
"Untuk synthetic fiber yang kuat kan di polyester dan rayon. Nah rayon kita kan nomor dua terbesar di dunia. Kita ingin kan rayon bisa menggantikan kapas yang lebih buruk ke lingkungan,” papar Andi Susanto dari Direktorat Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian.
Baca Juga: Makin Banyak Industri Tekstil dan Fashion Beralih ke Kapas Berkelanjutan, Kenapa
Sementara untuk produk tekstil berbahan polyester, saat ini Indonesia terus mengembangkan bahan polyester yang berasal dari daur ulang plastic berbahan PET (Polietilena tereftalat). "Kita sedang mendorong munculnya industri PET recycle.