Pada tiga bulan awal 2022, PGAS mencatatkan laba bersih senilai USD 118,5 juta atau setara sekitar Rp 1,7 triliun. Melesat 92,68 persen dibandingkan USD 61,5 juta pada kuartal I 2021.
Kenaikan laba bersih sejalan dengan pertumbuhan pendapatan PGAS yang mencapai USD 836,9 juta pada kuartal I 2022. Terjadi kenaikan sebesar 14,15 persen dibandingkan USD 733,15 juta pada periode sama tahun sebelumnya.
Di luar dari itu, terdapat juga sejumlah sentiment positif lain yang menurut catatan RHB akan berdampak signifikan terhadap fundamental dan performa bisnis PGAS. Di antaranya menunggu keputusan tentang perluasan batas harga.
”Perluasan batas harga gas untuk industri yang akan naik di USD6.00/mmbtu sudah pasti. Namun, masih menunggu keputusan resmi,” ungkap tim riset RHB.
Selain itu, kinerja PGAS juga akan terangkat meningkatnya transportasi minyak di Rokan. Proyek ini sebagian telah berjalan sejak Januari 2022 dan untuk setahun penuh pada 2022, PGAS memperkirakan blok Rokan akan meningkat hingga 140.000 boepd dimulai pada kuartal kedua tahun ini.
”Fasilitas layanan transportasi minyak untuk Pertamina memiliki biaya tol USD2,50/boe. Margin yang sangat layak, menurut kami,” imbuhnya.
Perluasan jaringan gas kota juga dinilai RHB akan berdampak signifikan kepada PGAS. Perusahaan menargetkan tambahan menjadi total 1 juta sambungan gas rumah tangga dengan total belanja modal USD 240 juta dan mengharapkan tingkat pengembalian internal (IRR) sebesar 11 persen.
Kinerja anak usaha yaitu Saka Energi juga akan menambah performa positif PGAS pada tahun 2022. Pendapatan bisnis hulu diproyeksi lebih tinggi sebesar 14 persen dari total pendapatan di triwulan awal 2022 yang ada di level 10 – 11 persen.
”Terutama didorong oleh harga minyak yang lebih baik untuk tahun 2022. Dengan harga minyak rata-rata yang lebih baik dari tahun lalu, kami memperkirakan potensi kenaikan lebih lanjut untuk sayap bisnis hulu PGAS,” tim riset RHB menjelaskan.
Baca Juga: Saham PGAS dan UNVR Menguat di Momen Recovery Perekonomian Pasca Pandemi