Suara.com - Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad mempertanyakan kerugian saham anak perusahaan PT Telkom (Tbk), Telkomsel, saat proses penawaran saham terbuka atau initial public offering (IPO) dengan PT GoTo (Gojek-Tokopedia).
Anggota Fraksi Partai Gerindra DPR RI ini menduga, terjadi konflik kepentingan antara entitas perusahaan gabungan tersebut dengan BUMN pelat merah.
"Kerugian ini patut dipertanyakan. (Kerugian ini) kental dengan konflik kepentingan antara BUMN dan GoTo yang berkelindan dengan hubungan persaudaraan," ujarnya dalam keterangan resmi ke awak media dikutip, Selasa (24/5/2022).
Ia menilai, kejanggalan IPO PT GoTo tersebut bisa terlihat dari adanya aktivitas pergerakan saham yang di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA).
Baca Juga: Investasi di Goto Bukan Cari Cuan Harian atau Mingguan tapi Prospek ke Depan
Dalam beberapa hari terakhir, kata Kamrussamad, telah terjadi UMA pada saham GoTo. Ia mengungkapkan, sejak IPO 11 April lalu, saham dibuka di harga Rp400 per lembar. Namun hanya 18 hari perdagangan, saham GoTo turun lebih dari 50 persen.
"Ini sangat mencurigakan. Kuat dugaan sengaja menggunakan uang BUMN Telkomsel beli saham GoTo setelah transaksi tersebut, harga saham GoTo di-downgrade ke titik terendah," kata Kamrussamad.
Kamrussamad melanjutkan, pada waktu yang berdekatan, Telkomsel sebagai anak dari perusahaan BUMN yang menjadi salah satu pemodal GoTo, mencatatkan kerugian dalam laporan keuangannya.
Berdasarkan laporan keuangan Telkom Maret 2022, tercatat kerugian Rp881 miliar untuk investasi Telkomsel di GoTo.
Sejak awal, Kamrussamad melihat peran Telkomsel sebagai pemodal GoTo dalam IPO riskan konflik kepentingan. Sebab, salah satu komisaris PT GoTo adalah saudara kandung dari Menteri BUMN Erick Thohir.
Baca Juga: Bela Investasi Telkomsel ke GoTo, Stafsus Erick Thohir: Jangan Cap Untung Rugi dari Pergerakan Saham
"Bagaimana bisa BUMN memberikan modal kerja kepada perusahaan milik saudara kandung Menteri BUMN sebesar triliunan rupiah? Apa dasarnya? Apakah tidak terjadi konflik kepentingan?" kata dia.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Ririek Adriansyah menyatakan kerugian atas investasi sebesar Rp881 miliar tersebut adalah kerugian yang belum direalisasi (unrealized loss).
Nilai tersebut dicatatkan dalam laporan keuangan Telkom pada kuartal pertama tahun ini.
Jumlah ini berdasarkan metode penghitungan akuntansi yakni metode marked to market, yang membandingkan nilai saham GoTo pada 31 Maret 2022 dengan periode penutupan laporan keuangan Telkom pada 31 Desember 2021.