Suara.com - Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) RAPBN 2023, pemerintah mematok angka defisit APBN bakal di bawah 3 persen. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati pun optimistis target tersebut tercapai.
Ia mengatakan, pemerintah menargetkan, defisit APBN tahun depan akan turun ke level antara 2,61 persen sampai 2,9 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) seiring kebijakan pemerintah terkait konsolidasi fiskal di tahun tersebut.
“Defisit diarahkan kembali di bawah 3 persen antara 2,61 persen sampai 2,90 persen dari PDB,” kata Sri Mulyani saat Sidang Paripurna DPR RI pada Jumat (20/5/2022).
Motor utama penurunan defisit tersebut dibilang bersumber pada pendapatan negara yang diprediksi akan meningkat.
Baca Juga: Sri Mulyani: Kebijakan Fiskal 2023 Bakal Disiapkan Menyambut Transisi Endemi
"Pendapatan negara yang ditargetkan meningkat di kisaran 11,19 persen sampai 11,70 persen dari PDB," ucapnya.
Sementara itu, untuk belanja negara mencapai 13,8 persen sampai 14,6 persen dari PDB serta keseimbangan primer yang mulai bergerak menuju positif di kisaran minus 0,46 persen sampai 0,65 minus dari PDB.
Untuk rasio utang akan tetap terkendali dalam batas manageable di kisaran 40,58 persen sampai 42,42 persen dari PDB.
"Defisit dan rasio utang akan tetap dikendalikan dalam batas aman sekaligus mendorong keseimbangan primer yang positif," ucapnya.
Dia pun optimistis target-target yang dicapai tersebut bisa tercapai, mengingat sejumlah program reformasi kebijakan yang telah dijalankan oleh pemerintah.
Baca Juga: Jumlah Pengangguran Ditarget Turun 5,3 Persen Pada 2023, Menkeu Ungkap Strateginya
“Melalui akselerasi pemulihan ekonomi, reformasi struktural dan reformasi fiskal maka diharapkan kebijakan fiskal 2023 tetap efektif mendukung pemulihan ekonomi namun tetap sustainable,” katanya.