Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama 24 bulan berturut-turut atau 2 tahun terakhir, neraca perdagangan Indonesia selalu mencatatkan nilai surplus dari sebelumnya yang mengalami kondisi defisit.
Terbaru, pada bulan April 2022 neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus sebesar USD7,56 miliar, ini merupakan surplus terbesar sepanjang sejarah yang pernah diraih.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pun tampak bersyukur atas capaian ini, dia bilang neraca perdagangan merupakan determinan yang sangat penting dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi dan menjaga ketahanan sektor eksternal Indonesia.
"Kita bersyukur bahwa salah satu engine utama pertumbuhan ekonomi ini terus mengalami performa gemilang dan bahkan kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa,” kata Airlangga dalam keterangan persnya, Rabu (18/5/2022).
Baca Juga: Golkar Konsisten Tetap Usung Airlangga Jadi Capres, Tapi Tak Masalah Jika Koalisi Ada Calon Lain
Selain datang dari neraca perdagangan, kinerja positif juga ditunjukkan pada indikator ekspor yang mengalami surplus dengan nilai sebesar USD27,32 miliar. Serupa halnya dengan surplus neraca perdagangan, angka surplus ekspor juga mampu mengungguli rekor tertinggi sebelumnya pada bulan Maret 2022 yang tercatat mencapai USD26,50 miliar.
Kinerja surplus pada nilai ekspor tersebut salah satunya dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas unggulan saat ini seperti harga CPO sebesar 1.682,7 USD/MT atau tumbuh 56,09% (yoy), Batubara sebesar 302,0 USD/MT atau tumbuh 238,83% (yoy), dan Nikel sebesar 33.132,7 USD/MT atau tumbuh 100,55% (yoy).
Selain itu tingginya dominasi sektor industri pada kegiatan ekspor yang mencapai 69,86% juga menjadi stimulus dalam peningkatan nilai surplus ekspor, hal ini karena kinerja ekspor akan mengarah pada basis komoditas-komoditas dengan nilai tambah yang terus bertumbuh.
Selain itu, program hilirisasi yang diterapkan Pemerintah untuk mendorong nilai tambah komoditas di tengah harga yang kian meningkat juga memiliki andil dalam tumbuhnya kinerja ekspor saat ini.
Hal ini dapat terlihat dari aktivitas manufaktur yang terus berada di level ekspansif dengan angka Purchasing Managers’ Index (PMI) April 2022 di level 51,9 naik dari posisi bulan sebelumnya di level 51,3. Adanya kenaikan tersebut membawa nilai PMI Indonesia berada diatas level PMI negara ASEAN lainnya seperti Vietnam (51,7), Malaysia (51,6) dan Myanmar (50,4).
Baca Juga: Tersangka Kasus Mafia Minyak Goreng Lin Che Wei Ternyata Pernah Jadi Anak Buah Airlangga Hartarto
Dengan keberhasilan program hilirisasi tersebut, ke depannya Pemerintah akan kian gencar dalam memaksimalkan berbagai potensi kebijakan lainnya seperti kerja sama bilateral dan multilateral dalam meningkatkan perdagangan, utamanya dalam peningkatan nilai ekspor Indonesia.
“Selain program hilirisasi, Pemerintah akan terus meningkatkan nilai ekspor Indonesia melalui berbagai upaya, salah satunya dengan melakukan program promosi ekspor dengan peningkatan kerja sama billateral dan multilateral. Forum G-20 juga akan dioptimalkan untuk menggali berbagai potensi kerja sama perdagangan dengan berbagai negara,” ungkap Menko Airlangga.