Suara.com - Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menegaskan tidak ada yang salah dalam investasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk kepada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (Tbk).
Menurutnya, naik turunnya saham adalah hal yang biasa. Arya menjelaskan investasi Telkon ke GoTo bukan jangka pendek hanya mengandalkan kinerja saham, tetapi jangka panjang dengan terjun ke bisnis GoTo.
Pernyataan ini sebagai tanggapan dari netizen yanh menyorot investasi Telkom ke GoTo di mana Taggar #TelkomHarusDireformasi dan #TelkomLemot jadi trending di Twitter.
"Telkomsel ini bisnis long term bukan jangka pendek. Saham naik turun biasa, yang penting Telkomsel punya bisnis di sana. Lihat potensinya, ada 2,5 juta lebih driver Gojek itu dikonversi itu untuk jadi pelanggannya Telkomsel. Hitung saja berapa setahun bisnisnya Telkomsel jika 2,5 juta driver memakai Telkosmel dengan pengeluaran pulsanya Rp50 ribu sehari," ujarnya saat berbincang dengan awak media di Kawasan Sarinah, Jakarta, Selasa (17/5/2022).
Baca Juga: Perkuat Bisnis B2B IT Digital Services, Telkom Lakukan Penyertaan Modal ke TelkomSigma
Selain itu, tutur Arya, Telkom memiliki 11 komponen bisnis yang bisa digarap bersama GoTo dengan total proyeksi bisnis mencapai Rp5 triliun.
"Belum pakai Goshop, belum lagi advertising dan sebagainya ada 11 komponen bisnis Telkomsel dan Gojek. Totalnya diperkirakan sekitar, bisnis yang sudah berjalan itu sebesar US$370 juta hampir Rp5 triliun lebih bisnisnya Telkomsel di sana. Itu informasi yang kami dapat," jelasnya.
Arya menegaskan, Telkom membeli saham GoTo untuk ikut dalam bisnis tersebut, berbeda dengan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang hanya membeli saham dan tidak mengikuti proses bisnis.
"Kemudian pemilik-pemiliknya GoTo ini kan banyak yang kuat-kuat Google juga di sana, dan beberapa lain disana, ada Softbank dan sebagainya mereka juga mengalami naik turun," katanya.
Sebagai informasi, Telkom meraih kerugian yang belum terealisasi atau unrealized loss sebesar Rp811 miliar dari investasinya di GoTo.
Baca Juga: Harga Saham GoTo Anjlok, Telkom: Dinamika yang Lazim