Ekonomi Kuartal I 2022 Tumbuh 5,01 Persen, Badan Kebijakan Fiskal: Melebihi PDB 2019

Jum'at, 13 Mei 2022 | 15:42 WIB
Ekonomi Kuartal I 2022 Tumbuh 5,01 Persen, Badan Kebijakan Fiskal: Melebihi PDB 2019
Kepala Badan Kebijakan FiskalKementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Kacaribu. [Suara.com/M Fadil]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Kacaribu menjelaskan kondisi Perekonomian Indonesia sudah semakin membaik. Perbaikan terjadi seiring terkendalinya Pandemi Covid-19 di Indonesia.

Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi kasus harian Covid-19 yang terus menurun dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi kuartal I 2022 sebesar 5,01 persen.

“Kita bersyukur, kita bisa mengelola ini dengan sangat baik, dengan segala kerja keras yang sudah kita lakukan bersama-sama masyarakat dan juga pemerintah,” ujarnya dalam acara Tanya BKF secara virtual, Jumat (13/5/2022).

Ia mengemukakan, dibandingkan dengan kondisi perekonomian tahun 2019, Febrio mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara yang sudah keluar dan berada di atas kondisi pra-pandemi.

Baca Juga: Indonesia Diprediksi Berhasil Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen

Sebagai contoh, di kuartal pertama 2022 ini, capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah berada di atas rata-rata produk domestik bruto (PDB) di tahun 2019.

“Ini tentunya sangat menggembirakan. Artinya perekonomian kita terus pulih, terus semakin tinggi di atas level PDB 2019,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan, beberapa negara juga sudah menunjukkan arah pemulihan. Kondisi tersebut merupakan hal yang baik karena akan berdampak positif bagi Indonesia.

Namun, masih terdapat risiko yang mungkin harus dihadapi, misalnya kebijakan Zero Covid Policy dari Tiongkok dan persoalan geopolitik di Rusia.

“Risiko mungkin yang harus kita hadapi adalah beberapa negara, seperti Tiongkok yang menerapkan Zero Covid Policy itu mengakibatkan kontraksi di aktivitas manufakturnya. Sementara Rusia yang terkait dengan geopolitik itu masih dalam konteks kontraksi. Ini risiko yang masih harus kita hadapi dalam konteks perekonomian globalnya,” katanya.

Baca Juga: Bila Ekonomi Indonesia Tumbuh 5 Persen di 2022, Penjualan Mobil Bakal Ikut Naik

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI