Suara.com - Investor kelas kakap yang dipimpin Masayoshi Son, SoftBank Group Corp dalam laporan terbaru menyampaikan perusahaan itu menderita kerugian terbesar dalam sejarah empat dekade akibat aksi jual saham secara global.
Melansir Warta Ekonomi, Vision Fund perusahaan yang mencapai USD100 miliar melaporkan kerugian bersih sebesar USD13,2 miliar (Rp192 triliun) dalam dua tahun belakangan.
Wall Street Jurnal dalam laporannya menyebut, saat ini kondisi keuangan SoftBank tengah terguncang hebat dampak volatilitas saham teknologi yang mereka investasikan seperti Uber Technologies Inc. atau DoorDash Inc.
Ditambah dengan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve dan bank sentral di berbagai negara serta pemerintah CHina yang semakin memperketat aturan perusahaan teknologi membuat penilaian saham teknologi diragukan.
Baca Juga: Periksa 78 Saksi, Polisi Perpanjang Masa Penahanan Vanessa Khong 40 Hari
Akhir Maret lalu, SoftBank melaporkan kerugian sebesar USD29 miliar (Rp423 triliun) pada investasi di Vision Fund 1, Vision Fund 2 dan lainnya.
Sejumlah emiten yang ditopang investasi dari Vision Fund seperti Didi Global Inc., asal China 'longsor' dari 80% sejak debutnya di New York Stock Exchange musim panas lalu. Didi berencana untuk delisting dari NYSE.
Salah satunya, saham e-commerce Alibaba Group Holding Ltd., holding yang menjadi perusahaan paling berharga SoftBank Group, turun sekitar 50% selama tahun fiskal terakhir.
Saham SoftBank turun 8% pada hari Kamis di perdagangan Tokyo, yang berakhir sebelum rilis hasil. Penutupan hari Kamis di 4.491 kurang dari setengah level tahun lalu.
Untuk informasi, SoftBank dianggap sebagai salah satu investor kakap yang berminat berinvestasi di calon ibu kota negara baru Indonesia, meski hingga kini kabar itu belum jelas lantaran adanya isu keputusan mundur dari perusahaan terkait.
Baca Juga: Sebut Investasi Sulit Dilakukan, Warren Buffet Singgung Monyet Lebih Baik dari Pakar Keuangan