Pendapatan BWPT Naik 34 Persen Menjadi Rp 2,9 Triliun di 2021

Iwan Supriyatna Suara.Com
Selasa, 10 Mei 2022 | 08:25 WIB
Pendapatan BWPT Naik 34 Persen Menjadi Rp 2,9 Triliun di 2021
PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) mencatat peningkatan pendapatan sebesar 34% menjadi Rp2,9 triliun di tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp2,2 triliun.

“Harga CPO yang tinggi di tahun 2021, ditunjang dengan keputusan manajemen yang tepat, telah menempatkan BWPT pada posisi yang lebih baik di tahun 2021. Pendapatan naik 34%, EBITDA naik 107% menjadi Rp 817 Milyar. Selain itu, operating profit juga naik 194% menjadi Rp 278 Milyar," kata Direktur BWPT Henderi Djunaidi ditulis Selasa (10/5/2022).

“Di tahun 2021, kami telah melakukan berbagai langkah strategis untuk mengendalikan biaya dan meningkatan efisiensi operasional, termasuk menyelesaikan peremajaan pabrik kelapa sawit. Di tahun 2022, kami akan terus berfokus pada pengoperasian kebun dan pabrik yang optimal, termasuk program pemeliharaan dan pemupukan, program panen dan peremajaan alat berat. Perseroan juga akan mengoptimalkan utilisasi seiring kenaikan harga komponen produksi seperti solar dan pupuk yang di luar kontrol Perseroan dan kemungkinan adanya inflasi,” lanjut Henderi.

Di samping itu, Perseroan juga berfokus untuk peningkatan kualitas dari fasilitas karyawan sehingga produktivitas tetap terjaga. Sepanjang tahun 2021, BWPT telah mendivestasikan sejumlah aset perkebunan yang diyakini tidak sesuai dengan arah strategis masa depan perusahaan.

Baca Juga: Pungutan Ekspor CPO Naik, NSS Optimistis Pendapatan Tetap Tumbuh 45 Persen

“Dengan mendivestasikan perkebunan-perkebunan tersebut, kegiatan operasional dan finansial EHP menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, kegiatan ini juga memperkuat arus kas dan mengurangi kewajiban hutang Bank, ditunjukkan dengan beban bunga yang turun sebesar 21% dan bank loan yang turun sebesar 16% pada tahun 2021. Dampak positif dari divestasi ini tentunya akan berlanjut ke arus kas perseroan ke depannya,” kata Henderi.

Untuk memastikan keberlanjutan dalam operasional bisnisnya, BWPT telah memiliki 1 sertifikasi RSPO dan 6 sertifikasi ISPO.

“Kami memiliki komitmen nyata dalam penerapan aspek environmental, social and governance (ESG) dalam bisnis kami. Tahun ini kami akan menambah 1 sertifikasi RSPO dan 2 sertifikasi ISPO,” ujar Henderi.

BWPT saat ini tercatat di peringkat 32 dari total 100 produsen, pengolah, dan pedagang minyak yang dinilai oleh SPOTT (Sustainability Policy Transparency Toolkit – penilaian oleh organisasi non- profit Zoological Society London).

“Di salah satu pabrik kelapa sawit kami juga telah terpasang dan beroperasi sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Biogas yang merupakan Energi Baru Terbarukan (EBT), yang rencananya akan didaftarkan dalam mekanisme untuk mendapatkan carbon revenue,” terang Henderi.

Baca Juga: Pradiksi Gunatama Raup Laba Rp 38 Miliar dan Penjualan Melesat 65%

“Kami optimis performa BWPT di tahun 2022 akan lebih baik lagi. Kinerja perusahaan yang baik, strategi perusahaan yang mengacu pada pedoman ESG, dan harga CPO yang kami yakini akan tetap tinggi, menjadi kunci keberhasilan kami di tahun 2022 dan pertumbuhan double digit akan kembali tercapai di tahun 2022,” tutup Henderi.

Perseroan juga telah selesai menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada 9 Mei 2022, antara lain memutuskan perubahan pengurus Perseroan dengan susunan Dewan Komisaris adalah Abed Nego sebagai Komisaris Utama, Deddy Setiadi sebagai Komisaris dan Yohanes Wahyu Saronto sebagai Komisaris Independen.

Adapun susunan Direksi yang baru adalah Henderi Djunaidi sebagai Direktur Utama, Andrew Haryono dan Yeoh Lean Khai sebagai Direktur.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI