Krisis Rusia dan Ukraina Beri Dampak Serius Pada Ekonomi Kuartal I Indonesia

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 09 Mei 2022 | 19:03 WIB
Krisis Rusia dan Ukraina Beri Dampak Serius Pada Ekonomi Kuartal I Indonesia
Anggota Korps Sukarelawan Ukraina menembakkan howitzer, saat serangan Rusia ke Ukraina terus berlanjut, di sebuah titik di Zaporizhzhia, Ukraina, Senin (28/3/2022). Foto diambil tanggal 28 Maret 2022. ANTARA FOTO/REUTERS/Stanislav Yurchenko/aww/cfo
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Konflik Rusia dan Urkaina menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohamad Faisal  jadi penyebab pertumbuhan ekonomi nasional kurang maksimal dan hanya 5,01 persen year on year pada kuartal I 2022.

"Ini adalah windfall atau blessing in disguise terutama dari faktor eksternal, karena adanya perang Rusia dan Ukraina yang semakin meningkatkan harga komoditas. Jadi ada windfall yang membantu ekspor dan pertumbuhan ekonomi kita," kata Faisal kepada Antara di Jakarta, Senin (9/5/2022).

Namun demikian, kini konsumsi rumah tangga juga semakin membaik karena penanganan COVID-19 semakin baik dengan tingkat vaksinasi yang terus naik sehingga masyarakat lebih leluasa dalam beraktivitas.

Selain itu, sektor-sektor seperti industri pengolahan, perdagangan, pertanian, dan pertambangan diperkirakan akan terus berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Nasib Benni Sitanggang WNI di Ukraina, Kini Ngungsi Jadi Pengumpul Botol Bekas di Denmark

Meski demikian, Faisal mengatakan pemerintah perlu berhati-hati dalam membuat kebijakan agar tidak semakin meningkatkan inflasi yang sudah tinggi didorong oleh perang antara Rusia dan Ukraina.

"Jadi jangan sampai ada kebijakan pemerintah justru kontra produktif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan mendorong inflasi lebih tinggi lagi," katanya.

Ia juga mengatakan, kebijakan pemerintah yang meningkatkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1 persen, mengenakan pajak karbon, dan meningkatkan harga cukai, justru membebani masyarakat.

"Ini terjadi hampir bersamaan, padahal pada saat yg sama harga sembako juga meningkat karena faktor eksternal, imported inflation yang berpotensi menghambat laju pertumbuhan ekonomi tahun ini," imbuhnya.

Baca Juga: Berpose Telanjang di Pohon yang Dianggap Suci, Turis Rusia Dideportasi dari Bali

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI