Suara.com - Langkah Pemerintah menaikkan batas atas pungutan ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di awal tahun ini, diyakini tidak berdampak pada kinerja keuangan PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) karena perusahaan masih fokus pasar domestik.
“Meskipun ada kenakan tarif eskpor tersebut, performa NSS tidak akan terdampak signifikan karena saat ini pangsa pasar NSS masih fokus untuk pemenuhan permintaan dalam negeri,” jelas Komisaris NSS Robiyanto ditulis Senin (9/5/2022).
Robiyanto mengatakan, perusahaan menargetkan pendapatan tahun 2022 meningkat sebesar 45 persen dibandingkan pendapatan tahun lalu. Hal itu sejalan dengan kenaikan harga tandan buah segar (TBS) dan CPO dalam beberapa tahun terakhir dan diprediksi masih akan berlanjut sepanjang tahun ini.
“Kenaikan harga TBS dan CPO yang tinggi ini terefleksi pada performa nilai penjualan Nusantara Sawit Sejahtera yang meningkat selama periode 2021. Pada tahun ini, kami memiliki target pertumbuhan sekitar 45 persen year on year,” jelasnya.
Baca Juga: Pradiksi Gunatama Raup Laba Rp 38 Miliar dan Penjualan Melesat 65%
Pada Maret 2022, Pemerintah menaikkan batas atas pungutan ekspor CPO dan produk turunannya dari semula USD1,000/ton menjadi USD1,500/ton. Keputusan ini ditetapkan setelah Menteri Perdagangan mencabut kebijakan menaikkan porsi domestic market obligation (DMO) CPO dari 20 persen menjadi 30 persen.
Dia mengatakan, perubahan kebijakan CPO juga tidak berpengaruh terhadap rencana IPO karena perusahaan telah memperhitungan semua aspek yang diperlukan, termasuk setiap perhitungan terhadap rencana bisnis yang telah ditetapkan.
“NSS percaya bahwa dengan terlaksananya IPO ini, maka setiap rencana bisnis akan dapat dieksekusi dengan baik. Dengan dana IPO yang diperoleh nanti, NSS berencana menyelesaikan pabrik baru dan memiliki luas lahan seluas sekitar 43,000 hektare, serta melakukan penanaman baru,” terangnya.
Berdasarkan data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), dari survei di 11 provinsi dan 31 kabupaten untuk mengetahui dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian petani, ditemukan bahwa harga CPO serta TBS petani relatif tinggi.
Dia menambahkan, seiring dengan peningkatan harga TBS dan CPO, NSS juga akan melakukan penanaman baru pada lahan-lahan yang sudah siap untuk ditanam, serta terus meningkatkan kapasitas produksi sehingga dapat menunjang volume penjualan di tahun ini.
Baca Juga: Kemenperin Diminta Ungkap Identitas Produsen Minyak Goreng 'Nakal': Layak Dihukum!
NSS, paparnya, akan selalu mengoptimalkan produktivitas tanaman dengan terus melakukan riset yang sudah terjadwal setiap tahun terhadap kesehatan tanah dan daun. Melalui langkah ini, perusahaan meyakini angka Oil Extraction Rate (OER) CPO akan ikut naik.
Sehingga, jelasnya lagi, hal ini nantinya dapat meningkatkan produksi dan dapat meningkatkan volume penjualan NSS. Selain itu, NSS juga akan selalu mendukung kesejahteraan petani perkebunan rakyat yang berada di sekitar perkebunan dengan melakukan kemitraan yang lebih intens.
“Selain itu NSS juga terus mengoptimalkan sistem distribusi CPO menggunakan teknik penyaluran melalui direct piping yang terhubung langsung ke terminal khusus NSS, sehingga dapat mengurangi biaya distribusi dan meningkatkan margin NSS,” tutup Robiyanto.