IMF Revisi Ekonomi Global Dampak Perang Rusia Ukraina, Inflasi Meningkat?

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 09 Mei 2022 | 13:28 WIB
IMF Revisi Ekonomi Global Dampak Perang Rusia Ukraina, Inflasi Meningkat?
Sebuah kapal tongkang pengangkut batubara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Senin (15/2/2021). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyebut, keputusan Dana Moneter Internasional (IMF) yang merevisi  proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi global perlu segera ditanggapi pemerintah dalam mengelola ekonomi pada tahun 2022.

"Konflik Rusia dan Ukraina yang menyebabkan harga komoditas pangan dan energi meningkat, mengakibatkan IMF memproyeksikan ke bawah pertumbuhan ekonomi global," ujar Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (9/5/2022).

Untuk diketahui, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen, dengan inflasi yang diperkirakan meningkat dari 3,9 persen menjadi 5,7 persen.

Ia menerangkan, konflik Rusia dan Ukraina mendorong harga komoditas di pasar global melonjak, seperti minyak sawit (CPO) hingga nikel pada triwulan I 2022.

Baca Juga: Lebaran Usai, Proyeksi Inflasi Bisa Meroket 3,52 Persen

Harga CPO tercatat melonjak 18,44 persen jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq) dan 52,74 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Kemudian batu bara meningkat 40,24 persen (qtq) dan 153,32 persen (yoy), minyak mentah 23,43 persen (qtq) dan 62,94 persen (yoy), timah 11,54 persen (qtq) dan 72,28 persen (yoy), serta tembaga 2,91 persen (qtq) dan 17,79 persen (yoy).

Dengan demikian Margo Yuwono mengatakan terlihat perkembangan harga komoditas yang sangat cepat di tingkat global saat ini.

"Peningkatan harga pun memberikan windfall bagi ekspor Indonesia," tuturnya.

Selama triwulan I 2022, lanjut dia, ekspor tumbuh agresif menjadi 66,14 miliar dolar AS. Demikian pula dengan impor yang mencapai 56,82 miliar dolar AS, sehingga neraca perdagangan tercatat surplus 9,33 miliar dolar AS.

Baca Juga: McDonald's Rugi Lebih dari Rp1 Triliun Gegara Konflik Rusia dan Ukraina

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI