IMF: Ekonomi Asia Terancam Melambat Dampak Perang dan Situasi Industri China

M Nurhadi Suara.Com
Selasa, 26 April 2022 | 09:56 WIB
IMF: Ekonomi Asia Terancam Melambat Dampak Perang dan Situasi Industri China
ILUSTRASI-Aktivitas di Pelabuhan Dwikora Pontianak, Kalbar. [ANTARA/Dedi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pejabat senior Dana Moneter Internasional (IMF) meminta negara di Asia waspada terhadap potensi inflasi yang panjang, dengan kondisi perang di Ukraina, kenaikan harga komoditas dan perlambatan industri China membuat situasi ekonomi kian tidak menentu.

Pembatasan perdagangan dan keuangan Asia dengan Rusia serta Ukraina dikhawatirkan semakin membuat sejumlah harga komoditas melambung. Hal ini juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang melambat.

Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, Anne-Marie Gulde-Wolf menambahkan, inflasi di Asia juga mulai meningkat pada saat perlambatan ekonomi China menambah tekanan pada pertumbuhan regional.

"Oleh karena itu, kawasan menghadapi prospek stagflasi, dengan pertumbuhan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, dan inflasi lebih tinggi," kata dia.

Gulde-Wolf mengatakan, hambatan ekonomi muncul saat sejumlah negara baru saja berusaha bangkit pasca COVID-19. Negara di Asia akan menghadapi trade-off (timbal balik) yang sulit dalam menanggapi perlambatan pertumbuhan dan kenaikan inflasi.

"Pengetatan moneter akan dibutuhkan di sebagian besar negara, dengan kecepatan pengetatan tergantung pada perkembangan inflasi domestik dan tekanan eksternal," katanya.

Kenaikan suku bunga kuat yang diperkirakan Federal Reserve AS juga menghadirkan tantangan bagi pembuat kebijakan Asia mengingat utang dalam mata uang dolar yang besar di kawasan itu, kata Gulde-Wolf.

Dalam perkiraan terbaru yang dikeluarkan bulan ini, IMF mengatakan mereka memperkirakan ekonomi Asia tumbuh 4,9 persen tahun ini, turun 0,5 poin persentase dari proyeksi sebelumnya yang dibuat pada Januari.

Inflasi di Asia sekarang diperkirakan mencapai 3,4 persen pada 2022, satu poin persentase lebih tinggi dari perkiraan pada Januari, katanya.

Baca Juga: Gegara Perang Rusia-Ukraina, Babi Hutan di Jerman Bernama Putin Ganti Nama

Eskalasi lebih lanjut dalam perang di Ukraina, gelombang COVID-19 baru, lintasan kenaikan suku bunga Fed yang lebih cepat dari perkiraan dan penguncian yang berkepanjangan atau lebih luas di China adalah beberapa risiko terhadap prospek pertumbuhan Asia, kata Gulde-Wolf.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI