Suara.com - Harga minyak dunia melanjutkan pelemahannya pada perdagangan awal pekan ini Senin, di tengah kekhawatiran penguncian Covid-19 yang berkepanjangan di Shanghai dan potensi kenaikan suku bunga AS.
Mengutip CNBC, Senin (25/4/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, anjlok USD2,04 atau 1,91 persen menjadi USD104,61 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), merosot USD1,94 atau 1,9 persen menjadi USD100,13 per barel.
Kedua patokan tersebut kehilangan hampir 5 persen minggu lalu karena kekhawatiran permintaan.
Baca Juga: Jokowi Larang Ekspor Minyak Goreng dan Bahan Bakunya Mulai 28 April 2022
"Sentimen bearish melebihi kekhawatiran atas pasokan global yang ketat karena China melanjutkan penguncian di Shanghai dan investor bersiap untuk serangkaian kenaikan suku bunga AS," kata Hiroyuki Kikukawa, General Manager Nissan Securities.
Investor mencoba menyesuaikan posisi mereka sebelum driving season musim panas Amerika dimulai akhir Mei.
"Tetapi harga minyak diperkirakan tidak akan turun di bawah USD90 per barel karena prospek larangan potensial oleh Uni Eropa terhadap minyak Rusia di tengah krisis Ukraina yang semakin dalam," paparnya.
Pihak berwenang Shanghai yang memerangi wabah Covid-19 mendirikan pagar di luar bangunan tempat tinggal, memicu kemarahan publik atas penguncian yang memaksa sebagian besar dari 25 juta orang di kota itu berada di rumah.
Sementara itu, Chairman Federal Reserve Jerome Powell telah mengindikasikan bahwa kenaikan suku bunga setengah poin "akan dibahas" ketika Fed bertemu pada Mei untuk menyetujui langkah berikutnya dalam apa yang diprediksi menjadi serangkaian kenaikan tahun ini.
Baca Juga: Uni Eropa Larang Impor ke Rusia, Harga Minyak Dunia Melesat Tinggi
Di sisi penawaran, perusahaan energi Amerika menambahkan rig minyak dan gas selama lima pekan berturut-turut di tengah harga yang tinggi dan dorongan dari pemerintah.