Hacker Korea Utara Serang Axie Infinity, FBI: Pelaku Sasar 173.600 Ethereum

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 15 April 2022 | 18:35 WIB
Hacker Korea Utara Serang Axie Infinity, FBI: Pelaku Sasar 173.600 Ethereum
Game Kripto Penghasil Uang Axies (Youtube)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Amerika Serikat menuduh hacker asal Korea Utara sebagai pelaku dari perampokan aset kripto di game Axie Infinity bulan Maret lalu.

"Melalui penyelidikan, kami bisa mengonfirmasi Grup Lazarus dan APT38, aktor yang siber yang berhubungan dengan (Korea Utara), bertanggung jawab untuk pencurian tersebut," kata FBI, dikutip dari AFP, Jumat (15/4/2022).

Game Axie Infinity menawarkan para pemain untuk menghasilkan uang kripto dengan bermain atau jual-beli avatar. Agar transaksi berlangsung cepat, pengembang Axie Infinity, Sky Mavis, membuat mata uang sendiri di dalam game dan sambungan ke blockchain ethereum.

Hacker yang diduga tidak hanya terdiri dari satu orang itu mengeksploitasi kelemahan pada setelan yang diterapkan oleh perusahaan berbasis di Vietnam tersebut.

Baca Juga: Pasokan Bitcoin dan Ethereum Berkurang, CEO Indodax: Justru Bagus, Harganya Bakal Naik

Serangan ini menargetkan ethereum senilai 173.600 dan stablecoin, aset digital yang dijamin dengan dolar Amerika Serikat, senilai 25,5 juta dolar As.

Pencurian aset kripto di Axie Infinity diperkirakan senilai 620 juta dolar AS, salah satu kasus yang terbesar dalam dunia kripto. Sebelum meretas Axie Infinity, kelompok tersebut mencuri sekitar 320 juta dolar AS.

Nama Grup Lazarus mencuat sekitar tahun 2014, ketika mereka dituduh meretas Sony Pictures Entertainment.

Mereka melakukan aksi balas dendam karena Sony membuat film "The Interview", yang berisi satir kepada Presiden Korea Utara, Kim Jong Un.

Program siber Korea Utara sudah berjalan sejak tahun 1990an, kini berkembang menjadi unit perang siber bernama Bureau 121, berisikan 6.000 orang. Unit ini beroperasi dari beberapa negara, antara lain Belarusia, China, India, Malaysia, dan Rusia, menurut laporan militer AS pada 2020.

Baca Juga: Korea Utara Siap Gunakan Senjata Nuklir Jika Korea Selatan Menyerang

Platform data blockchain, Chainalysis pada Januari menyatakan peretas Korea Utara mengumpulkan mata uang kripto sekitar 400 juta dolar AS lewat serangan siber pada 2021.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI