Suara.com - Harga emas dunia naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Selasa, karena imbal hasil obligasi AS menyusut setelah data inflasi Amerika sebagian besar memenuhi ekspektasi.
Mengutip CNBC, Rabu (13/4/2022) harga emas di pasar spot naik 0,7 persen menjadi USD1.967,61 per ounce, setelah mencapai level tertinggi hampir sebulan di awal sesi.
Emas berjangka Amerika Serikat ditutup melambung 1,4 persen menjadi USD1.976,10 per ounce.
Imbal hasil US Treasury 10-tahun tergelincir setelah data menunjukkan inflasi meningkat pada Maret, tetapi kurang dari ekspektasi banyak pelaku pasar.
Baca Juga: Lima Pelaku Perdagangan Emas Ilegal di Jambi Ditangkap, 1,6 kilogram Emas Diamankan
Kendati emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, kenaikan harga dapat menyebabkan bank sentral menaikkan suku bunga, mendorong yield obligasi dan meningkatkan opportunity cost memegang logam kuning yang tidak memberikan imbal hasil.
"Jika kita terus melihat inflasi inti tidak melonjak pada tingkat yang sama (seperti inflasi utama). The Fed, mungkin tidak seagresif ketika inflasi inti bergerak lebih tinggi," kata Bart Melek, analis TD Sekuritas.
Gubernur Federal Reserve Lael Brainard mengatakan upaya gabungan pemangkasan balance sheet dan serangkaian kenaikan suku bunga akan membantu menurunkan inflasi.
"Ini tidak mengubah apa pun dalam jangka pendek," dengan The Fed masih diperkirakan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan depan guna menjinakkan inflasi, kata Edward Moya, analis OANDA.
Sementara itu paladium anjlok 3,5 persen menjadi USD2.346,66 per ounce karena aksi ambil untung, setelah mencapai level tertinggi sejak 24 Maret di USD2.550,58 pada sesi Senin. Platinum melorot 1,2 persen menjadi USD964,79 dan harga perak di pasar spot melejit 1,1 persen menjadi USD25,35 per ounce.
Baca Juga: Polisi Kesulitan Cari Identitas Perampok Bersenpi Gasak Toko Emas di Tangerang