Menurutnya, antrean kendaraan yang mengisi BBM kerap terjadi di wilayah Balige, hingga 2 jam lamanya.
Tidak jarang setelah antre, dirinya tidak mendapatkan BBM sehingga harus membeli di pengecer dengan harga mencapai Rp7.500 per liter.
"Biasanya di SPBU Rp5.150, kalau di pengecer Rp7.500, tapi masih bisa dapat barangnya (solar)," katanya.
Selanjutnya, di SPBU 14201127, Jalan Sisingamangaraja XII, Kota Medan, kepada awak media, Arifin menjelaskan perlunya pembatasan penggunaan solar subsidi. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga minyak dunia dan suplai yang sulit.
"Kalau tidak bisa kita displinkan akan menyebabkan jumlah subsidi dan kompensasi pemerintah akan besar," katanya.
Menurut Arifin, setiap kenaikan USD1 per barel harga minyak bumi, memberikan dampak tambahan beban sebanyak Rp5,7 triliun. Harga minyak sekarang sudah di atas USD100 per barel, sedangkan patokan dalam APBN sekitar USD60 per barel, jadi kurang lebih USD40 dikalikan saja.
"Kami minta pengertian dari seluruh pihak, yang bukan haknya mengambil BBM subsidi, beli BBM tidak bersubsidi. Kami ingin anggaran subsidi bisa dipakai untuk menumbuhkan perekonomian."