Suara.com - Genap berusia satu dekade, PT Pupuk Indonesia (Persero) bertekad untuk terus memperkuat daya saing bisnisnya. Upaya ini dilakukan dengan meningkatkan efisiensi produksi pupuk hingga melakukan hilirisasi produk. Caranya dengan membangun pabrik baru Pusri IIIB di Palembang dan Soda Ash di Bontang dan Gresik, dalam waktu dekat ini.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha Pupuk Indonesia, Jamsaton Nababan, menyebutkan bahwa pabrik-pabrik baru tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing, memberikan nilai tambah, hingga dampak positif di bidang ekonomi dan sosial. Hal tersebut didapatkan melalui peningkatan efisiensi produksi pupuk, efisiensi energi, hingga optimalisasi hasil samping produksi.
“Pada tahun 2022 proyek-proyek tersebut akan masuk pada tahap proses tender dan diproyeksikan akan beroperasi secara komersil pada tahun 2025 mendatang,” jelas Jamsaton ditulis Jumat (8/4/2022).
Lebih lanjut Jamsaton menyebutkan bahwa melalui pabrik Pusri IIIB, perusahaan nantinya dapat meningkatkan efisiensi produksi amoniak dan urea. Karena pabrik Pusri IIIB akan menggantikan pabrik Pusri III & IV yang saat ini sudah berusia tua dan kurang efisien. Adapun pabrik Pusri IIIB akan dioperasikan oleh PT Pupuk Sriwidjadja Palembang dengan kapasitas produksi amoniak 445 ribu ton per tahun dan pupuk Urea 907 ribu ton per tahun.
Baca Juga: Bakir Pasaman Beberkan 5 Pilar Strategi Guna Mewujudkan Transformasi di Pupuk Indonesia
Sedangkan soda ash akan menjadi pabrik pertama di lingkungan Pupuk Indonesia grup. Soda ash sendiri merupakan produk turunan atau hilirisasi dari gas CO2 yang merupakan hasil samping dari pabrik amoniak. Soda ash adalah bahan yang dibutuhkan industri lainnya, seperti industri kaca, aki, deterjen, dan sebagainya. Pabrik ini nantinya akan dioperasikan oleh PT Pupuk Kaltim dan PT Petrokimia Gresik dengan kapasitas produksi masing-masing 300 ribu ton per tahun.
“Dengan demikian, pabrik Pusri IIIB akan dapat menjamin ketersediaan pupuk Urea dengan harga yang lebih kompetitif. Sedangkan soda ash diharapkan dapat memenuhi sebagian kebutuhan soda ash nasional yang saat ini sepenuhnya masih impor,” ujar Jamsaton.
Selain meningkatkan efisiensi produksi dan hilirisasi produk, proyek pengembangan Pupuk Indonesia grup ini lainnya juga turut berkontribusi atas efisiensi energi. Karena pabrik baru tersebut akan menggunakan teknologi baru yang lebih ramah lingkungan. Efisiensi energi ini didapatkan melalui optimalisasi konsumsi energi hingga pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Lebih lanjut, Proyek Pusri IIIB dan soda ash juga termasuk dalam rangkaian milestone dekarbonisasi Pupuk Indonesia grup. Dimana perusahaan berkomitmen untuk mendukung target net zero emission pemerintah dengan menetapkan target dekarbonisasi sebesar 5 juta ton CO2 pada tahun 2060.
“Selain soda ash, Pupuk Indonesia juga melakukan hilirisasi produk petrokimia lainnya, seperti blue amoniak, green amoniak, CO2 cair, methanol, dan sebagainya,” tutup Jamsaton.
Baca Juga: EBITDA Pupuk Indonesia Tembus Rp 13,91 Triliun Berkat Transformasi Bisnis