Dolar AS Perkasa, Federal Reserve Semangat Suku Bunga Naik Hadapi Inflasi

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 08 April 2022 | 09:48 WIB
Dolar AS Perkasa, Federal Reserve Semangat Suku Bunga Naik Hadapi Inflasi
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (5/11/2021). [ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dolar AS kembali perkasa dan melanjutkan kenaikannya di sesi Asia pada Jumat (8/4/2022), mencapai puncak baru hampir dua tahun terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya dan tertinggi satu bulan terhadap euro, didukung oleh prospek laju kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Indeks dolar naik setinggi 99,904 di awal perdagangan Asia, level terbaiknya sejak Mei 2020. Indeks naik 1,2 persen minggu ini, yang akan menjadi kenaikan terbesar dalam satu bulan.

Hal ini didukung oleh pernyataan hawkish dari beberapa pembuat kebijakan Federal Reserve yang menyerukan laju kenaikan suku bunga yang lebih cepat untuk mengekang inflasi yang tinggi.

Rilis risalah pertemuan Fed Maret minggu ini menunjukkan "banyak" peserta siap untuk menaikkan suku bunga dengan kenaikan 50 basis poin dalam beberapa bulan mendatang.

Baca Juga: Harga-harga Melonjak, ADB Ingatkan Indonesia Kenaikan Inflasi Tahun Ini

"Kenaikan baru-baru ini dalam indeks dolar tampaknya cukup berkelanjutan selama sisa bulan ini karena pasar menetapkan gagasan Federal Reserve yang jauh lebih agresif di kuartal kedua," kata kepala analisis valas di MonFX, Simon Harvey.

"Namun, kami percaya kenaikan lebih lanjut dalam dolar tidak mungkin tanpa kalibrasi ulang suku bunga Fed di pasar. Ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan terbatas dalam perkiraan Fed saat ini berdasarkan fundamental saat ini," ujarnya lagi.

Sementara, dari reli dolar, euro turun ke level terendah baru satu bulan di 1,0856 dolar pada awal perdagangan Jumat, dirugikan oleh sanksi baru Barat terhadap Rusia, dengan Uni Eropa bergerak menuju larangan batu bara Rusia yang akan mulai berlaku dari Agustus.

"Bank Sentral Eropa (ECB) terus bergelut dengan inflasi sementara anggota ECB nampaknya condong hawkish terhadap guncangan inflasi baru-baru ini, memberikan euro/dolar sedikit dukungan di sekitar level 1,09, tekanan berkelanjutan dari harga-harga energi Eropa dan seruan untuk sanksi lebih lanjut pada ekspor energi Rusia ke zona euro menunjukkan kemungkinan penurunan lebih lanjut dalam euro/dolar," kata Harvey.

Pemilihan di Perancis juga berdampak pada euro akibat kandidat sayap kanan Marine Le Pen menang dalam jajak pendapat yang mengancam harapan terpilihnya kembali dari petahana Emmanuel Macron. Jajak pendapat masih menunjukkan Macron unggul.

Baca Juga: Sultan Abis! Bukan Bunga Biasa, Viral Pengantin Lempar Buket Uang 200 Dolar ke Tamu Pernikahan

Dolar memperpanjang kenaikannya terhadap yen Jepang, naik hingga 124,23, tertinggi dalam lebih dari seminggu dan menguji level tertinggi tujuh tahun bulan lalu di 125,1.

Yen telah stabil bulan ini setelah jatuh pada Maret, tetapi tetap di bawah tekanan karena AS menaikkan suku bunga dan bank sentral Jepang melakukan intervensi di pasar obligasi untuk mempertahankan suku bunga rendah.

Harga minyak dan komoditas lainnya yang sedikit lebih rendah membuat mata uang komoditas seperti dolar Australia dan Kanada melemah setelah menguat kuat dalam beberapa pekan terakhir.

Sterling berada di ujung bawah kisaran baru-baru ini di 1,30695 dolar.

Di pasar mata uang kripto, bitcoin diperdagangkan sekitar 43.300 dolar AS tak jauh dari level terendah dua minggu semalam di 42.742 dolar AS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI