Suara.com - Ekonom Senior Faisal Basri menyebut, inflasi yang rendah selama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hanya semu belaka. Ia menyebut, inflasi yang rendah seolah-olah harga terkendali, padahal masih ada kenaikan.
Faisal menjelaskan, cara yang dilakukan Pemerintahan Jokowi untuk menekan inflasi seperti menginjak kaki. Di mana beban yang seharusnya ditanggung pemerintah berpindah ke badan usaha.
Untuk diketahui, selama Jokowi menjabat Presiden tingkat inflasi Indonesia stabil setiap tahunnya di level 3%.
"Jadi, bukan memperbaiki pasokan bukan memperbaiki logistik, tapi lebih pada injak kaki," kata Faisal Basri, Kamis (7/4/2022).
Baca Juga: Inflasi April Bakal Melesat Seiring Naiknya BBM Jenis Pertamax, Sembako Hingga Tarif Pajak
Faisal melanjutkan, dengan cara injak kaki kebijakan-kebijakan pemerintah seperti menaikan harga BBM hingga listrik ditanggung oleh badan usaha. Nantinya, badan usaha akan menghitung dan diaudit BPK untuk meminta dana kompensasi setelah menanggung kebijakan pemerintah.
Hal seperti yang Faisal lihat justru tidak transparan dan tidak disiplin fiskal. Karena, publik tidak mengetahui berapa dana kompensasi yang harus pemerintah bayar.
"Jadi ongkos stabilisasinya tidak transparan, makin tidak disiplin fiskal. Kita ini di dunia akademis gitu kan kita selalu ingat kan ayo kita transparan. Inilah yang ingin kita tegakkan gitu supaya siapapun yang memerintah itu taat asas, memperkuat institusi tidak merusaknya," ucap dia.
Faisal menambahkan, dengan cara ini jelas bahwa pemerintahan Jokowi menginginkan inflasi terkendali, tetapi dengan cara yang cepat.
"Akhirnya subsidi ini menggelembung dan sebentar lagi saya rasa akan menyerah pemerintahnya karena subsidinya luar biasa. Jadi selama ini bisa kita katakan bahwa inflasi rendah yang saya tunjukkan ini semu belaka injak kaki," pungkas dia.
Baca Juga: Harga-harga Melonjak, ADB Ingatkan Indonesia Kenaikan Inflasi Tahun Ini