Suara.com - Sejumlah negara dilaporak memperkuat kekutana militer negara mereka pasca konflik Rusia dan Ukraina yang justru semakin memburuk beberapa hari belakangan.
Sebut saja Polandia dan Jepang yang memperbarui perlengkapan mereka. Bahkan Australia yang juga memperkuat alutsista mereka, yang disebut-sebut mewaspadai gerakan politik Rusia dan China.
Polandia merupakan salah satu negara anggota NATO yang berbatasan langsung dengan Ukraina. Penguatan militer ini cukup masuk akal karena kekhawatiran konflik kedua negara yang mungkin merembet ke negara sekitar.
Mengutip Warta Ekonomi, belum lama ini Polandia membeli 250 tank Abrams dari Amerika Serikat (AS) dalam kesepakatan senilai 4,75 miliar dolar AS atau Rp 68,3 triliun yang ditandatangani Selasa, (5/4/2022) di Warsawa.
Baca Juga: Pembunuhan di Kota Ini Makin Mengerikan, Korban Ditembak di Kepala dengan Kaki Terikat
Tank Abrams diklaim sebagai tank paling mutakhir dari AS. Terlebih, tank tersebut adalah versi terbaru dan tercanggih, yaitu tank Abrams generasi III, M1A2 SEPv3.
“Polandia mengembangkan Angkatan Darat Polandia, demi mencegah agresor potensial. Kami semua menyadari yang terjadi di luar perbatasan timur,” kata Menteri Pertahanan Polandia, Mariusz Blaszczak.
"Kesepakatan Polandia dengan AS termasuk kendaraan pemeliharaan, jembatan portabel, pelatihan dan logistik serta amunisi," kata Blaszczak.
Kemenhan Polandia mengklaim, kesepakatan ini sudah terlaksana pada Juli lalu. Polandia juga membeli 32 jet tempur siluman F-35 buatan AS dalam kesepakatan yang ditandatangani pada 2020.
Tidak jauh berbeda, Jepang belum lama ini juga mempertimbangkan menambah anggaran militernya. Dilansir dari Bloomberg, operasi militer Rusia membuat sejumlah kalangan di Jepang mengkhawatirkan konflik di masa depan.
Baca Juga: Terdampak Konflik Perang Ukraina, Turis Rusia Pilih Lebih Lama Tinggal di Munggu Bali
Jajak pendapat menunjukkan, para pemilih khawatir kegagalan menghentikan Rusia dapat membuat China berani mengambil tindakan terhadap Taiwan. Kemudian berujung dengan merebut pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Timur yang dikelola Jepang.
Saat ini, sengketa antara Jepang dan Rusia terkait kepemilikan pulau di perbatasan kedua negara masih berlangsung.
Media lokal, Yomiuri Shimbun pada akhir pekan lalu mengatakan, mereka ingin melihat pertahanan Jepang diperkuat. Sebelumnya, keamanan nasional biasanya berada di urutan kedua setelah ekonomi dalam prioritas pemilih.
“Kejutan Ukraina mulai mengubah norma dan kepercayaan Jepang,” kata Dr Kyoko Hatakeyama, profesor di Sekolah Pascasarjana Studi Internasional dan Pembangunan Regional di Niigata University.
Hal ini cukup masuk akal karena hubungan Rusia dan Jepang kembali memanas usai PM Fumio Kishida menjatuhkan sanksi kepada Rusia.
Sementara, Australia berencana membeli rudal jarak jauh guna mengantisipasi desakan militer Rusia dan China. Menteri Pertahanan Australia, Peter Dutton mengatakan, percepatan mempersenjatai kembali jet-jet tempur dan kapal perang mereka, akan menelan biaya 2,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp 37 triliun.