Suara.com - Fit dan proper test calon Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa keuangan (OJK) mulai digelar oleh Komisi XI DPR RI.
Salah satu calon Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar maju jadi yang pertama dalam fit dan proper tes tersebut.
Dalam kesempatan itu, Mahendra menyoroti akses dan kedalaman industri keuangan Indonesia yang masih di bawah negara tetangga Asia Tenggara maupun negara-negara G20.
"Contohnya akses dan kedalaman sistem perbankan terutama untuk kredit bank di sektor swasta saat ini sebesar 33% dari PDB atau masih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata negara ASEAN lainnya yang mencapai di atas 100 persen," ujarnya di Ruang Rapat Komisi XI DPR RI, Rabu (6/4/2022).
Baca Juga: Calon Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar Singgung Omnibus Law Sektor Keuangan
Selain itu, lanjut dia, penempatan dana masyarakat di industri keuangan juga masih kalah jauh dibandingkan negara-negara tetangga.
"Penempatan dana di industri keuangan saja Indonesia baru 40 persen dari PDB. Di negara-negara ASEAN lainnya itu sudah 113 persen dari PDB dan negara G20 98 persen dari PDB," ungkap Mahendra.
Menurut dia, untuk bisa memaksimalkan industri keuangan terdapat enam prioritas yang seharusnya dilakukan. Pertama, OJK harus meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Kedua, perlu penguatan struktur industri IKNB dan pasar modal.
Selanjutnya ketiga, papar dia, melakukan pelayanan satu pintu. Lalu keempat, peningkatan efektivitas pengawasan pemeriksaan penyidikan dan tindak lanjut.
Kemudian kelima, OJK harus melakukan kerja sama dan koordinasi dengan regulator dan lembaga lainnya.
Baca Juga: Dapat Persetujuan Efektif OJK, GoTo Mulai Periode Penawaran Umum
"Dan terakhir keenam, sinergi penuh dengan pemerintah, DPR, dan lembaga-lembaga negara dalam menjalankan strategi nasional untuk kepentingan nasional, antara lain pembangunan yang berkelanjutan," pungkas Mahendra.