Suara.com - Harga emas dunia melemah pada perdagangan Selasa, karena meningkatnya imbal hasil US Treasury dan ekspektasi untuk pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh The Fed.
Mengutip CNBC, Rabu (6/4/2022) harga emas di pasar spot turun 0,6 persen menjadi USD1.921,47 per ounce. Sedangkan emas berjangka Amerika Serikat ditutup berkurang 0,3 persen menjadi USD1.927,50 per ounce.
Imbal hasil US Treasury 10-tahun naik setelah Gubernur Fed Lael Brainard mengatakan dia memperkirakan kenaikan suku bunga metodis dan pengurangan cepat pada balance sheet bank sentral untuk membawa kebijakan moneter Amerika ke "posisi yang lebih netral" akhir tahun ini.
"Ekspektasi The Fed untuk sedikit lebih agresif dalam memerangi tekanan inflasi membebani emas, mengingat dia (Brainard) umumnya dianggap sebagai salah satu anggota Fed yang lebih dovish," kata David Meger, Direktur High Ridge Futures.
Baca Juga: Polisi Limpahkan Kasus Tambang Emas Ilegal di Madina Sumut ke Jaksa
Naiknya suku bunga AS meningkatkan opportunity cost memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Dolar juga menguat, membatasi selera pembeli emas yang menggunakan mata uang lain.
"Risiko geopolitik kemungkinan akan menjadi pendorong utama jangka pendek dan itu bakal membantu emas memperluas kisaran perdagangan (USD1.900-1.950), di mana kita bisa melihat harga bahkan mungkin naik ke posisi USD1.975," ujar Edward Moya, analis OANDA.
"Tetapi pergerakan harga juga dapat dipengaruhi oleh rilis risalah dari pertemuan kebijakan terakhir The Fed, Rabu, yang akan ditelaah untuk petunjuk tentang lintasan kenaikan suku bunga," tambah Moya.
Sementara harga perak di pasar spot turun 0,8 persen menjadi USD24,30 per ounce, platinum anjlok 1,9 persen menjadi USD968,09 dan paladium merosot 1,8 persen menjadi USD2.234,57.
Baca Juga: Naik Rp 3.000, Harga Emas Antam Dibanderol Rp 988.000/Gram