Suara.com - Harga minyak dunia berakhir melemah dalam sesi perdagangan yang fluktuatif pada perdagangan Selasa, tertekan penguatan dolar AS dan meningkatnya kekhawatiran bahwa kasus virus korona baru dapat memperlambat permintaan.
Tetapi kejatuhan harga minyak dibatasi oleh kekhawatiran pasokan karena sanksi terhadap Rusia atas dugaan kejahatan perang.
Mengutip CNBC, Rabu (6/4/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 89 sen, atau 0,8 persen menjadi USD106,64 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), anjlok USD1,32, atau 1,3 persen menjadi menetap di posisi USD101,96 per barel.
Pada awal sesi, harga melambung lebih dari USD2 per barel setelah Menteri Perindustrian Jepang mengatakan Badan Energi Internasional (IEA) masih mendiskusikan pelepasan cadangan minyak terkoordinasi yang menurut banyak trader adalah kesepakatan yang sudah selesai.
Setelah itu, harga diperdagangkan di kedua sisi tidak berubah hampir sepanjang hari.
Kekhawatiran permintaan meningkat setelah otoritas di importir minyak utama, China, memperpanjang penguncian di Shanghai untuk mencakup semua warganya yang berjumlah 26 juta orang di pusat keuangan itu.
"Pelemahan dolar di awal sesi secara bertahap memberi jalan pada kekuatan dalam memberikan dorongan tambahan di balik ayunan harga minyak hari ini kembali ke sisi negatifnya," ujar Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
Harga minyak bisa mendapatkan dukungan setelah setelmen jika perkiraan analis benar dan persediaan minyak mentah AS turun sekitar 2,1 juta barel pekan lalu.
Baca Juga: Roy Suryo Ngegas Sebut Harga Minyak Dunia Turun Tapi di Indonesia Naik: Ambyar!
American Petroleum Institute (API), kelompok industri, akan mengeluarkan laporan inventarisnya Selasa petang waktu setempat.