Suara.com - Sejumlah aktivis lingkungan Greenpeace memblokir kapal tanker Pertamina yang sedang melakukan pengiriman minyak dari Rusia di lepas Pantai Denmark pada Kamis (31/3/2022). Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk protes atas invasi Rusia ke Ukraina.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, hingga kini belum ada posisi resmi pemerintah terkait insiden tersebut.
"Jadi kalau yang itu belum ada posisi resmi dari pemerintah, jadi kita menunggu, melihat dan memonitor," kata Airlangga usai Sidang Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Selasa (5/4/2022).
Sebelumnya, belasan aktivis Greenpeace sempat mencegat dua kapal tanker di lepas Pantai Denmark pada Kamis (31/3/2022) pekan lalu. Salah satunya, kapal milik BUMN migas yakni PT Pertamina International Shipping bernama Pertamina Prime.
Baca Juga: Pemerintah Tak Ambil Pusing soal Kapal Tanker Pertamina yang Diboikot Greenpeace
Pencegatan kapal tanker ini merupakan tindak lanjut dari Greenpeace mengorganisasi aksi untuk menyerukan larangan impor bahan bakar fosil dari Rusia, menyusul serangannya ke Ukraina.
Untuk memblokir kapal tanker yang memuat minyak kiriman dari Rusia itu, para aktivis menaiki kayak dan berenang.
Para aktivis Greenpeace lalu melukis "Oil Fuels War" yang diartikan minyak memicu atau mendanai perang di lambung Pertamina Prime.
"Pada pukul 11:00 (09.00 GMT), para aktivis mulai memblokade supertanker Pertamina Prime, mencegah kapal lain Seaoath mendekatinya dan memblokir pengiriman minyak," kata juru bicara Greenpeace Emma Oehlenschlager dikutip dari French 24.
Baca Juga: Kapal Tanker Pertamina Asal Rusia Diblokir Aktivis di Perairan Denmark