Suara.com - PT Semen Indonesia (Persero) bakal fokus dalam menerapkan empat pilar untuk menjalankan roda bisnis berkelanjutan.
Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Vita Mahreyni mengatakan, perseroan berkomitmen mewujudkan empat pilar bisnis keberlanjutan dengan menyasar pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, iklim dan energi, ekonomi sirkuler, serta masyarakat dan komunitas.
"Sebagai perusahaan BUMN, Semen Indonesia bertanggung jawab untuk memberikan manfaat positif bagi masyarakat," kata Vita dalam keterangannya, Jumat (1/4/2022).
Berbagai strategi bisnis berkelanjutan tersebut, membuat emiten dengan kode saham SMGR ini berhasil menerima penghargaan kategori Top CSR Awards 2022 Star 5 dan Top Leader on CSR Commitment 2022 pada ajang Top CSR Award 2022.
Baca Juga: Semen Indonesia Bagikan Dividen Rp1,02 Triliun ke Para Pemegang Saham
Perseroan meraih penghargaan kategori Top CSR Awards 2022 Star 5 karena dinilai sistem kebijakan dan pelaksanaan CSR perusahaan berada di level sangat ekselen dan sangat mendukung strategi bisnis perusahaan, baik dimasa pandemi Covid-19 maupun untuk pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
"Penghargaan ini merupakan apresiasi sekaligus motivasi bagi kami untuk menjalankan program CSR yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs)," kata Vita.
Terkait kinerja keuangan SMGR dan entitas anak membukukan laba bersih sebesar Rp2,02 triliun sepanjang tahun 2021. Angka tersebut lebih rendah 27,61 persen dibandingkan pencapaian SMGR tahun 2020 sebanyak Rp2,79 triliun.
Perseroan turut membukukan pendapatan sebesar Rp34,95 triliun selama tahun yang berakhir pada 31 Desember 2021, atau merosot 0,60 persen dibandingkan pendapatan tahun 2020 sebesar Rp35,17 triliun.
Volume penjualan semen masih menjadi penopang pendapatan perseroan sebesar Rp28,54 triliun, masih lebih rendah dari tahun 2020 sebesar Rp29,02 triliun.
Baca Juga: Hingga Februari, Semen Indonesia Reklamasi Bekas Tambang Kapur 329,3 Hektare
Sejumlah pos lain yang berkontribusi terhadap pendapatan SMGR adalah penjualan terak Rp3,19 triliun, beton jadi dan siap pakai Rp1,76 triliun, kantong semen Rp128,7 miliar, persewaan tanah Rp35,03 miliar, tanah kawasan industri Rp58,91 miliar, jasa penambangan Rp16,70 miliar, dan lain-lain Rp1,21 triliun.
Beban pokok pendapatan SMGR membengkak 2,81 persen menjadi Rp24 triliun, dari sebelumnya Rp23,3 triliun. Sejumlah beban yang meningkat diantaranya pemakaian bahan baku Rp1,64 triliun, beban pabrikasi bahan bakar dan energi Rp8,59 triliun, sewa Rp95,39 miliar.
Alhasil, laba per saham perseroan merosot menjadi Rp341, dari sebelumnya Rp471.