Krisis Ukraina dan Peningkatan Kasus COVID-19 Sebabkan Produksi Pabrik Asia Melambat

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 01 April 2022 | 10:59 WIB
Krisis Ukraina dan Peningkatan Kasus COVID-19 Sebabkan Produksi Pabrik Asia Melambat
Ilustrasi pabrik Foxconn. [Foxconn]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Aktivitas sebagian besar pabrik Asia melambat pada Maret 2022 lalu akibat menurunnya permintaan China serta peningkatan bahan baku akibat krisis Ukraina menambah ketegangan bagi perusahaan-perusahaan yang sudah menderita gangguan rantai pasokan yang berkepanjangan.

Namun demikian, Jepang mendapat manfaat dari berkurangnya infeksi COVID-19, lonjakan biaya bahan bakar dan biji-bijian mengaburkan prospek banyak ekonomi Asia yang bergantung pada impor energi.

Aktivitas pabrik China sempat membaik sebelum akhirnya merosot pada bulan lalu. Krisis Ukraina dan kenaikan kasus COVID-19 di China semakin memukul permintaan pasokan dari dalam dan luar negeri.

Hasil tersebut sejalan dengan data resmi Kamis (31/3/2022) yang menunjukkan aktivitas manufaktur dan jasa China secara bersamaan berkontraksi pada Maret untuk pertama kalinya sejak puncak wabah COVID-19 negara itu pada 2020.

Baca Juga: Studi: Vaksin Pfizer-BioNTech Turunkan Risiko Anak Dirawat karena COVID-19

Perlambatan di China menjadi pertanda buruk bagi Asia, yang menjadi tuan rumah bagi produsen besar yang bergantung pada konsumsi di ekonomi terbesar kedua di dunia, kata para analis.

Hal serupa juga terjadi di Korea Selatan dengan pesanan ekspor baru mencatat pengurangan paling tajam sejak Juli 2020, karena perusahaan terpukul dari kenaikan harga input barang mulai dari minyak, logam, dan semikonduktor.

Sementara, Taiwan dan Vietnam juga terpantau mulai merasakan penurunan produksi akibat kenaikan harga bahan baku, data PMI lain yang dirilis pada Jumat menunjukkan.

"Saluran utama transmisi akan berasal dari harga-harga komoditas, jadi energi, minyak, gas, serta bahan makanan," kata Tai Hui, kepala strategi pasar Asia di J.P. Morgan Asset Management.

"Apa yang akan terjadi adalah bahwa produsen, terutama beberapa yang lebih hilir, mereka akan menghadapi sedikit lebih banyak tekanan biaya," katanya.

Baca Juga: Jakarta Macet Lagi Karena Pelonggaran, Wagub DKI: Itu Salah Satu Penyebab Kualitas Udara Tidak Sehat

Sebaliknya, Jepang melihat aktivitas manufaktur tumbuh lebih cepat dari bulan sebelumnya pada Maret, karena permintaan domestik mendapat dorongan dari dampak pandemi yang memudar.

Tetapi pesanan ekspor Jepang merosot karena permintaan eksternal menderita dari pembatasan pandemi di China dan gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh perang Rusia di Ukraina.

Indeks PMI Korea Selatan turun menjadi 51,2 pada Maret dari 53,8 pada Februari, berdiri di atas ambang batas 50 yang menunjukkan ekspansi dalam aktivitas, tetapi terendah dalam empat bulan.

Final au Jibun Bank PMI Jepang naik menjadi 54,1 di bulan Maret, naik dari 52,7 di bulan sebelumnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI