Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi mencapai 0,66 persen pada Maret 2022 yang berarti menandakan adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,24 pada Februari menjadi 108,95.
“Pada Maret ini terjadi inflasi 0,66 persen (mtm). Kalau kita tarik mundur ke belakang Ini merupakan inflasi yang tertinggi sejak Mei 2019 di mana saat itu terjadi inflasi sebesar 0,68 persen,” kata Kepala BPS Margo Yuwono, Jumat (1/4/2022).
Ia melanjutkan, penyumbang inflasi pada Maret ini utamanya berasal dari komoditas cabai merah, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan serta minyak goreng.
“Jadi ada lima komoditas utama penyumbang inflasi pada Maret 2022 yaitu cabai merah, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan dan minyak goreng,” jelasnya.
Baca Juga: Ribet! KPPU Sebut Ngurusin Minyak Goreng Seperti Menjernihkan Air Keruh
Inflasi pada Maret membuat inflasi tahun kalender Maret 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 1,2 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Maret 2022 terhadap Maret 2021 sebesar 2,64 persen.
Dari 90 kota IHK, sebanyak 88 kota menyumbang inflasi dan sebanyak dua kota yang mengalami deflasi pada Maret 2022.
Untuk 88 kota yang mengalami inflasi, inflasi tertinggi terjadi di Merauke yaitu sebesar 1,86 persen sedangkan inflasi terendah terjadi di Kupang yaitu sebesar 0,09 persen.
Inflasi di Merauke disumbang oleh kenaikan harga pada komoditas cabai rawit dengan andil terhadap inflasi sebesar 1,54 persen, angkutan udara dengan andil 0,13 persen dan tahu mentah 0,12 persen.
Sementara dari dua kota yang mengalami deflasi, deflasi tertinggi terjadi di Tual yakni sebesar minus 0,27 persen sedangkan deflasi terendah terjadi di Kendari yakni minus 0,07 persen.
Penyumbang deflasi di Tual berasal dari ikan baronang dengan andil 1,17 persen, angkutan udara 0,15 persen dan ikan layang atau ikan benggol 0,14 persen.