Suara.com - Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyebut saat ini harga BBM Pertamax sudah jauh dari harga keekonomian yang sebesar Rp 16.000 per liter. Sehingga, sudah sepatutnya harga Pertamax mulai naik dari harga sekarang yang sebesar Rp 9.000 per liter.
Menurut Arya, dengan harga Rp 9.000 sebenarnya Pertamina telah memberikan subsidi ke konsumen terutama konsumen kalangan atas yang mengendarai mobil mewah.
"Memang sangat jauh itu artinya selama ini pertamina sudah subsidi ke para pemakai pertamax yang bisa dikatakan 13 persen dari seluruh bbm, dan ini sebenarnya orang-orang kalangan atas yang dia memang memakai mobil mewah," ujar Arya kepada wartawan, Kamis (31/3/2022).
Meski ke depan harga Pertamax naik, Arya memastikan, harganya tidak di atas harga keekonomian, dan di bawah harga SPBU pesaing milik swasta. Saat ini, ia melihat adanya disparitas harga BBM Ron 92 yang dijual SPBU swasta dengan Pertamina
"Walaupun mungkin nggak di harga-harga keekonomian tersebut tetapi nggak boleh terlalu jauh juga apalagi banyak tekanan juga dari para operator lain yang menjual ron yang sama ron 92, yang mengatakan ini Pertamina banting harga," ucap dia.
"Jadi nggak sehat juga bagi para operator lain kita tahu menjual sampai Rp 14 ribu lebih, sampai mereka katakan kok Pertamina seperti yayasan sih yang menyumbang mobil-mobil mewah untuk dapat Pertamax murah," ucapnya.
Sebelumnya, Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menanggapi, sampai saat ini perseroan masih menghitung dan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait terkait dengan kenaikan harga Pertamax.
Saat ini, kata dia, batas atas harga Pertamax berdasarkan Kementerian ESDM sekitar Rp 16.000 per liter. Sedangkan, Pertamina masih menetapkan harga Pertamax sebesar Rp 9.000 per liter.
"Sampai sekarang kita masih mereview untuk harga pertamax, kita masih berkoordinasi dengan stakeholder terkait, ESDM kan keluarin harga ada yang 14.000 dan 16.000, itu kan batas atas," ujarnya saat dihubungi, Rabu (30/3/2022).
Baca Juga: Pertamina Benarkan Penambahan SPBU di Balikpapan, Sebut Administrasi Lagi Diselesaikan
Dalam penentuan Harga, tutur Irto, Pertamina akan mempertimbangkan segala hal, termasuk kemampuan daya beli masyarakat dalam membeli harga BBM non subsidi.
"Itu yang masih review sesuai dengan perkembangan harga minyak dunia dan kita mempertimbangkan daya beli masyarakat, sementara kapan dan besarnya tunggu finalnya," ucap dia.
Namun demikian, Irto memastikan, harga BBM Pertamax yang ditetapkan Pertamina akan lebih murah dibanding SPBU-SPBU swasta seperti Shell atau Vivo.
"Insha Allah di bawah swasta, itu yang kita pertimbangkan juga. Jadi pertama harga minyak dunia, pertimbangkan daya beli masyarakat, dan pertimbangkan harga kompetitor," pungkas dia.