Suara.com - Harga emas dunia melemah pada perdagangan Senin, di tengah tekanan dari penguatan imbal hasil US Treasury dan dolar AS.
Mengutip CNBC, Selasa (29/3/2022) harga emas di pasar spot merosot 1,2 persen menjadi USD1.933,12 per ounce, sementara emas berjangka Amerika Serikat turun 0,7 persen menjadi USD1.939,80 per ounce.
Imbal hasil US Treasury 10-tahun mencapai level tertinggi sejak April 2019, Senin, didukung spekulasi kenaikan suku bunga yang agresif oleh Federal Reserve guna melawan lonjakan inflasi.
Meski emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, kenaikan suku bunga AS meningkatkan opportunity cost memegang logam kuning yang tidak memberikan imbal hasil.
Baca Juga: Polda Sumbar Tangkap 4 Pelaku Tambang Emas Ilegal, 2 di Sijunjung dan 2 di Pasaman
Analis Kitco Metals Jim Wycoff mengatakan pelemahan emas, bagaimanapun, bakal terhambat karena kekhawatiran inflasi.
"Setiap kali kita mengalami tekanan inflasi seperti yang kita lihat sekarang, sejarah menunjukkan bahwa pasar logam tersebut diburu dan saya menduga itu akan terus terjadi." Kata Jim.
Selain itu yang membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, adalah indeks Dolar (Indeks DXY) yang naik 0,4 persen.
Daya tarik safe-haven emas juga ditekan oleh harapan kemajuan dalam pembicaraan damai tatap muka pertama antara Ukraina dan Rusia dalam lebih dari dua minggu.
"Kita melihat sebagian besar premi perang dalam emas sudah diambil, tapi mungkin masih ada sedikit lagi yang harus dilakukan. Jadi, emas saat ini menghadapi hambatan yang signifikan," kata analis independen Ross Norman.
Baca Juga: Remote AC Langit Alias Mangkuk Ala Rara Pawang Hujan di e-Commerce Seharga Rp 70-354 Juta
Sementara itu harga paladium anjlok 4,5 persen menjadi USD2.231,24 per ounce setelah sebelumnya jatuh ke level terendah sejak 25 Januari. Logam autocatalyst itu kehilangan hampir 34% sejak mencapai rekor tertinggi pada 7 Maret.
Platinum melorot 1,7 persen menjadi USD985,04 per ounce, sementara perak jatuh 2,1 persen menjadi USD24,97.