Suara.com - Harga minyak dunia anjlok sekitar 7 persen pada perdagangan Senin, setelah pusat keuangan China di Shanghai meluncurkan penguncian untuk mengekang lonjakan infeksi Covid-19.
Kondisi ini memicu kekhawatiran baru akan kehancuran permintaan akan bahan bakar, sementara China adalah negara importir terbesar minyak.
Mengutip CNBC, Selasa (29/3/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot USD8,17, atau 6,8 persen menjadi USD112,48 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut USD7,94, atau sekitar 7 persen menjadi menetap di posisi USD105,96 per barel.
Baca Juga: Pekan Ini Harga Minyak Dunia Bakal Bergerak Penuh Ketidakpastian
Minyak mentah berjangka bergejolak sejak invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari. Pekan lalu, Brent meroket hampir 12 persen sementara WTI melambung hampir 9 persen.
Shanghai, kota yang dihuni 26 juta orang, memasuki penguncian dua tahap, Senin, dalam upaya untuk mengekang penyebaran Covid-19.
Pemerintah setempat menutup jembatan dan terowongan serta membatasi pergerakan di jalan raya.
"Ketakutan bahwa penguncian itu dapat menyebar dikombinasikan dengan likuidasi long position mengakibatkan penurunan pasar lebih lanjut," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.
"Permintaan minyak di China, importir minyak mentah terbesar secara global, diperkirakan 800.000 barel per hari lebih rendah dari biasanya pada April," kata Bjarne Schieldrop, Kepala Analis Komoditas SEB.
Baca Juga: Gara-Gara Harga Minyak Dunia Melonjak, Alvin Lie Khawatir Harga Tiket Pesawat dan Kereta Ikut Naik