Rusia Pertimbangkan Bitcoin Sebagai Alat Pembayaran Migas, BTC Segera Meroket?

M Nurhadi Suara.Com
Minggu, 27 Maret 2022 | 09:37 WIB
Rusia Pertimbangkan Bitcoin Sebagai Alat Pembayaran Migas, BTC Segera Meroket?
Ilustrasi Bitcoin (Unsplash/Andre)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah gempuran sanksi dari negara barat, Rusia kini mempertimbangkan untuk bertransaksi menggunakan Bitcoin sebagai alternatif Rubel.

Ketua komite energi kongres Rusia, Pavel Zavalny menyebut, negara itu kini masih berusaha membuka tangan untuk Bitcoin dalam ekspor sumber daya khususnya bagi negara sahabat.

Namun, hal ini tetap merujuk pada penyesuaian agar memberi kenyamanan bagi pembeli, khususnya 'negara sahabat' Rusia yang ia maksud.

Meski demikian, dia mengatakan persyaratan tergantung pada status hubungan luar negeri negara pengimpor dengan Rusia.

Baca Juga: Janji Politik Joe Biden Dalam Pusaran Konflik Rusia-Ukraina Akan Dinyatakan Dalam Pidato di Polandia

"Ketika datang ke negara-negara 'sahabat' kami, seperti China atau Turki, yang tidak menekan kami, maka kami telah menawarkan mereka untuk sementara waktu untuk mengalihkan pembayaran ke mata uang nasional, seperti rubel dan yuan," kata Zavalny, dikutip dari Nasdaq, Minggu (27/3/2022).

Ia memberi contoh, dalam jalinan kerja sama dengan Turki, Rusia membuka transaksi menggunakan lira dan rubel.

"Jika mereka menginginkan Bitcoin, kami akan berdagang dengan Bitcoin," ungkapnya.

Hal ini disampaikan pasca keputusan Presiden Vladimir Putin yang menuntut agar negara-negara yang 'tidak bersahabat' membayar migas dengan rubel.

Dengan arti yang sama, Ketua komite energi Duma Negara menggemakan keputusan Putin, bahwa negara itu menerima pembayaran dengan emas.

Baca Juga: Menlu Ukraina Sebut Sulit Berdamai dengan Rusia, Perundingan Mentok Sama-sama Ngotot

"Ketika kita bertukar dengan negara-negara Barat, mereka harus membayar dengan uang tunai," ujar Zavalny.

"Dan uang keras adalah emas, atau mereka harus membayar dalam mata uang yang nyaman bagi kita, dan itu adalah mata uang nasional - rubel. Itu terkait dengan negara kita yang 'tidak bersahabat'," ujar dia.

Keputusan ini diprediksi akan membuat nilai Bitcoin semakin menguat karena mengubah arus perdagangan. Terlebih, tahun lalu Putin menyatakan menolak penggunaan Bitcoin.

"Saya percaya itu (Bitcoin) memiliki nilai," kata Putin saat itu.

"Tapi saya tidak percaya itu bisa digunakan dalam perdagangan minyak," tuturnya.

Saat ini, nilai Bitcoin dan likuiditasnya terus dipertanyakan. Namun, keputusan Rusia terhadap kemungkinan ini dan akhirnya melakukan perdagangan percontohan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, mereka bisa menjadi tren ke depannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI