Suara.com - Inflasi tahunan di Rusia meningkat menjadi 14,53 persen pada 18 Maret, angka ini jadi yang tertinggi sejak November 2015 dan naik dari angka 12,54 persen seminggu sebelumnya.
Kementerian konomi Rusia mengatakan, infasi ini terjadi karena nilai mata uang rubel yang jatuh telah membuat harga melonjak di tengah penerapan sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Inflasi meningkat tajam karena mata uang Rusia jatuh ke level terendah sepanjang masa pada awal Maret 2022 dan permintaan untuk berbagai macam barang, dari bahan makanan pokok hingga mobil, naik tajam.
Selain itu, permintaan barang meningkat tajam karena ada perkiraan bahwa harga barang-barang di Rusia akan terus naik.
Baca Juga: Utusannya Disebut Mata-mata dan Diusir di PBB, Rusia Bakal Balas Amerika Serikat
Namun demikian, inflasi mingguan di Rusia sedikit melambat menjadi 1,93 persen dalam seminggu hingga 18 Maret dari 2,09 persen pada seminggu sebelumnya.
Hingga mengakibatkan kenaikan harga konsumen pada 2022 menjadi 7,67 persen, menurut data biro statistik federal Rusia Rosstat pada Rabu (23/3).
Dalam sepekan hingga 18 Maret, harga hampir semua barang di Rusia --mulai dari makanan bayi hingga obat-obatan-- naik tajam, sementara harga gula dan bawang naik lebih dari 13 persen, berdasarkan data Rosstat.
Bank sentral Rusia, yang menargetkan inflasi tahunan sebesar empat persen, mempertahankan suku bunga utamanya di 20 persen pada Maret dan memperingatkan lonjakan inflasi yang akan segera terjadi dan kontraksi ekonomi yang membayangi.
Bank sentral Rusia juga memperkirakan inflasi akan melambat sesuai target pada 2024.
Baca Juga: Dampak Krisis Ukraina: Mesir, Israel, dan UEA Bahas Stabilitas Ekonomi