Suara.com - Harga emas turun hampir 1 persen mendekati level terendah satu pekan pada perdagangan Selasa, setelah Chairman Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan kenaikan suku bunga yang besar tahun ini untuk melawan lonjakan inflasi.
Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga Amerika, karena itu meningkatkan opportunity cost memegang logam kuning yang tidak memberikan imbal hasil.
Mengutip CNBC, Rabu (23/3/2022) harga emas di pasar spot turun 0,7 persen menjadi USD1.921,58 per ounce. Sementara emas berjangka Amerika Serikat ditutup melemah 0,4 persen menjadi USD1.921,50 per ounce.
"Fakta The Fed siap untuk melakukan kenaikan setengah poin versus seperempat poin bergerak maju semuanya cukup hawkish dan mendorong emas lebih rendah," kata analis RJO Futures, Bob Haberkorn.
Baca Juga: Naik Rp 6.000, Harga Emas Antam Hari Ini Rp 989.000/Gram
"Komentar seperti itu biasanya akan mengirim emas secara signifikan lebih rendah, seperti penurunan USD50, tetapi fakta bahwa situasi Rusia-Ukraina berada di garis terdepan menjaga harga emas." Tambah Bob.
Senin, Powell mengatakan pembuat kebijakan perlu bergerak "cepat" karena inflasi semakin panas, dan dia meningkatkan kemungkinan kenaikan 50 basis poin (bps).
Sikap hawkish Powell itu memicu aksi jual pasar obligasi yang tajam dan mengirim imbal hasil US Treasury 10-tahun ke level tertinggi sejak Mei 2019.
Trader sekarang memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan The Fed berikutnya, yakni Mei. Pekan lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 bps untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.
Meski demikian, tekanan pada emas relatif teredam karena fokus investor tertuju pada konflik Ukraina.
Baca Juga: Setelah Terus Turun, Harga Emas Dunia Kembali Menguat
Sementara itu harga logam mulia lainnya perak melorot 1,6 persen menjadi USD24,80 per ounce dan platinum menyusut 1,6 persen menjadi USD1.021. Paladium anjlok 3,8 persen menjadi USD2.487,19.