Uni Eropa dan AS Berencana Embargo Minyak Rusia, Jerman dan Bulgaria Kalang Kabut

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 21 Maret 2022 | 09:46 WIB
Uni Eropa dan AS Berencana Embargo Minyak Rusia, Jerman dan Bulgaria Kalang Kabut
Tank bergerak ke kota, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi militer di Ukraina timur, di Mariupol, 24 Februari 2022. ANTARA/Reuters/Carlos Barria/as.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Uni Eropa tengah mempertimbangkan untuk memberlakukan embargo minyak terhadap Rusia gegara operasi militer ke Ukraina.

Usulan ini bakal disampaikan dalam pertemuan i dengan Presiden AS Joe Biden untuk serangkaian pertemuan puncak yang dirancang untuk memperkuat tanggapan Barat terhadap Moskow.

Mereka terus menekan Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk menarik militer mereka, dengan memberlakukan sanksi hukuman yang lengkap termasuk pembekuan aset-aset bank sentral Rusia.

"Kami sedang mengerjakan sanksi putaran kelima dan banyak nama baru sedang diusulkan," kata seorang diplomat senior Uni Eropa yang tidak bersedia disebutkan namanya karena diskusi tersebut tidak untuk umum.

Pemerintah-pemerintah Uni Eropa akan melakukan diskusi di antara para menteri luar negeri pada Senin, sebelum Biden tiba di Brussels pada Kamis (24/3/2022) untuk pertemuan puncak dengan 30 sekutu NATO, serta Uni Eropa dan dalam format Kelompok Tujuh (G7) termasuk Jepang.

Hingga kini, Kremlin belum tergerak untuk mengubah arah di Ukraina dengan empat putaran sanksi Uni Eropa yang diberlakukan selama tiga minggu terakhir, termasuk pada 685 orang Rusia dan Belarusia dan terhadap keuangan dan perdagangan Rusia.

Hal ini tentu akan berdampak besar pada ekonomi Uni Eropa, seperti yang telah dilakukan Amerika Serikat dan Inggris tetapi tidak kepada 27 negara Uni Eropa, mengingat ketergantungannya pada gas Rusia untuk energi.

Mengutip dari Reuters, sejumlah diplomat mengatakan, negara-negara Baltik termasuk Lithuania mendorong embargo. Sementara, Jerman berbeda pendapat dengan Eropa dan memperingatkan agar tidak bertindak terlalu cepat karena harga energi yang sudah tinggi di Eropa.

Operasi militer sejak 24 Februari lalu itu disebut sebagai “operasi militer khusus” yang dimaksudkan untuk mendemiliterisasi Ukraina dan membersihkannya dari apa yang dilihatnya sebagai nasionalis berbahaya. Ukraina dan Barat mengatakan Putin melancarkan perang pilihan yang agresif.

Baca Juga: Tak Hanya Harap Perang Ukraina Berakhir, Puan Juga Desak Kemerdakaan untuk Palestina di IPU ke-144

Menanggapi sanksi Uni Eropa, Rusia mengancam bakal menghentikan pasokan pipa gas utama ke Eropa. Uni Eropa bergantung pada Rusia untuk 40 persen gasnya, dengan Jerman di antara yang paling bergantung dari ekonomi besar Uni Eropa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI