Suara.com - Di tengah ancaman krisis energi yang melanda kawasan Eropa, Indonesia kembali mencatat penambahan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) atau hasil minyak RI pada Februari lalu yang mencapai 16 persen month to month.
Hal ini ditunjukkan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang memperlihatkan, impor BBM RI pada Februari 2022 mencapai 2,12 juta ton, sementara pada Januari tahun yang sama hanya 1,83 juta ton.
Selain itu, nilai impor BBM pada Februari 2022 diperkirakan mencapai Rp25,7 triliun. Impor paling banyak berasal dari kategori BBM Premium (RON 88), Pertalite (RON 90), hingga RON 92 (Pertamax) ke atas.
Sedangkan untuk impor avtur dan avgas tidak banyak berubah, pada Februari mencapai 98 ton, sedangkan Januari mencapai 97,6 ton. dengan nilai US$ 155,6 ribu.
Baca Juga: Sufmi Dasco Ahmad: DPR Akan Terus Monitor Kelangkaan Minyak Goreng
Uniknya, impor bahan bakar diesel pada Februari 2022 justru menurun menjadi 423,2 ribu ton dari bulan sebelumnya yang mancapai 446,3 ribu ton. Meski demikian, nilai impornya tetap naik di angka 19 persen.
Secara year on year (yoy), impor BBM pada Februari 2022 jauh lebih tinggi dibandingkan volume impor BBM pada Februari 2021, dengan peningkatan mencapai 48 persen.
Begitu juga dari sisi nilai impor, impor hasil minyak atau BBM pada Februari 2022 ini melonjak 135% dari US$ 765,6 juta. Selain volume impor yang melonjak, kenaikan harga minyak juga menjadi salah satu pemicunya.
Kenaikan harga minyak goreng juga jadi perbincangan belakangan ini. Rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ ICP) pada Februari 2022 naik jadi US$ 95,72 per barel dari US$ 85,89 per barel pada Januari 2022.
Baca Juga: Viral Harga Minyak Goreng Kemasan Tembus Rp 50.000, Warganet: Nyiksa Rakyat Terus!