Suara.com - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed akhirnya menaikkan suku bunga hingga 25 basis poin pada Kamis dini hari. Dengan demikian, tingkat dana federal sekarang berada di 0,25 hingga 0,50 persen.
Kenaikan suku bunga tersebut merupakan yang pertama kalinya terjadi sejak 2018. Hal ini dilakukan lantaran AS tengah menghadapi inflasi yang bergejolak dalam beberapa bulan terakhir.
Kenaikan ini diprediksi juga akan diikuti kenaikan suku bunga oleh sejumlah bank sentral negara di dunia, termasuk oleh Bank Indonesia (BI).
Ketika bank sentral mengkerek suku bunga para perbankan biasanya langsung meresponya dengan ikut menaikkan suku bunga kredit mereka dengan cepat.
Baca Juga: Bank Indonesia Diprediksi Latah Naikkan Suku Bunga Seperti The Fed
Hal ini berdampak pada sejumlah kredit pinjaman masyarakat di perbankan, mulai Kredit Perumahan Rakyat (KPR) hingga Kredit Kendaraan Baru (KKB).
"Kenaikan suku bunga diberbagai negara bisa membuat beban masyarakat meningkat. Bunga KPR, kredit kendaraan bermotor dan pinjaman modal usaha akan dinaikkan sepanjang 2022," kata Direktur Celios Bhima Yudhistira Adhinegara kepada suara.com, Kamis (17/3/2022).
Kondisi ini kata Bhima tentu akan mempengaruhi penyaluran kredit perbankan ke masyarakat yang diprediksi akan menurun, selain itu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga diprediksi akan mengalami pelemahan.
Dan ujung-ujung daya beli masyarakat kembali menurun dan berimbas pada target pertumbuhan ekonomi yang diprediksi kembali melemah.
"Padahal indeks keyakinan konsumen per Februari 2022 justru mengalami pelemahan. Risiko pelemahan pertumbuhan ekonomi didalam negeri bisa kembali terjadi, dan proyeksi pertumbuhan sulit mencapai 5 persen," katanya.
Baca Juga: The Fed Kerek Suku Bunga, Risiko Surat Utang RI Bakal Meningkat?