Harga Minyak Dunia Terus Turun 5 Hari Berturut-turut

Kamis, 17 Maret 2022 | 08:01 WIB
Harga Minyak Dunia Terus Turun 5 Hari Berturut-turut
Perkembangan harga minyak dunia. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga minyak dunia melemah untuk kelima kalinya dalam enam hari terakhir pada perdagangan Rabu, setelah trader bereaksi terhadap kemajuan yang diharapkan pada pembicaraan damai Rusia-Ukraina.

Pasar minyak berfluktuasi tajam selama lebih dari dua minggu, dan kedua tolok ukur diperdagangkan dalam kisaran tertinggi-hingga-rendah terbesar mereka selama 30 hari terakhir.

Mengutip CNBC, Kamis (17/3/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, diperdagangkan naik dalam kisaran USD6, antara USD97,55 dan USD103,70 sebelum menetap di posisi USD98,02, anjlok USD1,89 per barel, atau 1,9 persen.

Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), ditutup merosot USD1,40, atau 1,5 persen menjadi USD95,04 per barel.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Anjlok Lagi, Kini Ambles 6 Persen

Reli pekan lalu mendorong Brent secara singkat melewati USD139 per barel di tengah kekhawatiran tentang gangguan yang berkepanjangan pada pasokan Rusia.

Brent sekarang lebih dari USD40 di bawah titik itu, dan beberapa analis memperingatkan ini mencerminkan terlalu banyak optimisme perang akan segera berakhir.

Amerika Serikat dan sejumlah negara menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia sejak menginvasi Ukraina lebih dari dua minggu lalu.

Ini mengganggu perdagangan minyak Rusia lebih dari 4 juta hingga 5 juta barel setiap hari.

Brent membukukan reli 28 persen dalam enam hari dan kemudian penurunan 24 persen selama enam sesi berikutnya terhitung Rabu.

Baca Juga: Rusia-Ukraina Mulai Damai, Harga Minyak Anjlok Lebih dari 5 Persen

Harga mencapai level tertinggi 14 tahun pada 7 Maret sebelum akhirnya mundur.

Sejumlah faktor mendorong perubahan tersebut, termasuk harapan moderat perjanjian damai Rusia-Ukraina dan sinyal kemajuan yang samar antara Amerika Serikat dan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015, yang memungkinkan Republik Islam itu untuk mengekspor minyak jika setuju untuk membatasi ambisi nuklirnya.

Permintaan China diperkirakan melambat karena lonjakan kasus virus korona, meski angka menunjukkan lebih sedikit kasus baru dan harapan stimulus China mendorong ekuitas.

"Dari sini, kita mencari berita tentang negosiasi di Rusia, gencatan senjata atau penarikan, atau penyebaran Covid di China," kata Robert Yawger, Direktur Mizuho.

Jika perang berlanjut, lebih banyak pasokan akan terganggu, kata Badan Energi Internasional (IEA), Rabu.

Tiga juta barel per hari minyak dan produk Rusia mungkin tidak menemukan jalan mereka ke pasar mulai April, kata IEA, karena sanksi menggigit dan pembeli melakukan penundaan.

IEA juga mengatakan permintaan akan turun, tetapi tidak sebanyak potensi penyusutan pasokan Rusia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI