Presiden Ukraina Tantang Militer Rusia, AS Janjikan Bantuan Militer Senilai Rp2,87 Triliun

Amerika Serikat berjanji akan menambah bantuan hingga 200 juta dolar (Rp2,87 triliun) dalam bentuk senjata ringan, anti tank dan anti pesawat bagi Ukraina.
Suara.com - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kembali menantang Rusia dan menyebut, Ukraina akan bertempur sampai mati jika berusaha menduduki ibu kota Kiev.
"Jika mereka memutuskan untuk menjatuhkan 'karpet bom' (pengeboman besar-besaran dari udara) dan menghapus sejarah daerah ini, menghancurkan kami semua, maka mereka bisa memasuki Kiev. Jika itu tujuan mereka, biarkan mereka masuk, tapi mereka akan hidup sendiri di tanah ini," kata Zelenskyy, Sabtu (12/3/2022) lalu.
Mantan entertainer itu mengatakan sejumlah kota kecil kini sudah sepi. Operasi militer Rusia atas Ukraina jadi agresi militer terbesar terhadap sebuah negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Pengeboman dari udara telah membuat ribuan warga terjebak di kota-kota yang terkepung oleh pasukan Rusia. Jumlah warga Ukraina yang mengungsi ke negara-negara tetangga mencapai 2,5 juta orang.
Baca Juga: AS Juga Protes Kebijakan Hilirisasi Nikel Warisan Jokowi
Sabtu lalu, Ukraina menuduh pasukan Rusia membunuh tujuh warga sipil dalam serangan terhadap pengungsi perempuan dan anak-anak di dekat Kiev.
Dinas intelijen Ukraina menuliskan, tujuh warga itu termasuk seorang anak, tewas ketika mengungsi dari desa Peremoha.
Namun, hingga kini Kantor berita Reuters belum dapat memverifikasi laporan itu dan Rusia tidak berkomentar.
Meski demikian, pihak Rusia sebelumnya membantah menjadikan warga sipil target serangan mereka sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Mereka menyalahkan Ukraina atas kegagalan mengevakuasi warga sipil dari kota-kota yang terkepung. Ukraina dan negara-negara Barat menolak keras tuduhan itu.
Baca Juga: QRIS vs Raksasa AS: Konflik Kedaulatan di Era Pembayaran Digital
Zelenskyy mengatakan, Moskow sedang mengirim tentara baru setelah pasukan Ukraina melumpuhkan 31 batalion taktis Rusia, yang disebutnya sebagai kekalahan militer Rusia terbesar dalam beberapa dekade meski kebenaran klaim ini belum dibenarkan Reuters.